Selama 40 Tahun Hidup di Kapal
Lagu "Nenek moyangku orang Pelaut " agaknya sudah teramat jarang dinyanyikan, bahkan kemungkinan sebagian besar generasi mileneal tidak lagi hafal lirik lagu kebanggaan akan nenek moyang kita ini. Tetapi bersyukurlah,walaupun orang sudah mulai melupakan tentang lagu tersebut,ternyata masih ada Pelaut sejati bangsa Indonesia,yakni pria yang bernama Kusyono ini. Lahir di Banjarnegara  pada tahun 1961 dan kemudian tinggal di Baturraden
Tahun 2006 Kusyono mendapat tugas di Kamboja, Thailand dan Myanmar dan belajar dengan kapal survei.Â
Awalnya ,mendengarkan kata :"masinis" pikiran saya langsung terconnecting dengan Kereta Api.Ternyata saya keliru,karena "masinis"bukan hanya untuk jabatan di Kereta Api,tetapi setelah saya konfirmasi ulang ,dijawab oleh pak Kusyono:"Iya pak.dikapal juga Masinis "Â
Suka dan Duka Hidup Sebagai Pelaut
Tahun 1992 ada kesempatan untuk  belayar keluar negeri,tapi tentu harus mampu berbahasa Inggris. Kusyono ikut test diantara begitu banyak calon Pelaut yang ingin merantau keluar negeri ,sebagai Pelaut . Dan Kus lulus . Hal yang tentu saja membuat hatinya sangat bahagia. Sejak  dari tahun 1992 Kus berlayar sebagai Pelaut  menjelajahi berbagai negara. Diantaranya ke Hongkong selama 2 tahun, Singapura setahun,Oman Yaman setahun.Â
Hidup memang sarat misteri..No one know what will happen to  morrow.  Petaka itupun terjadi,kapal dimana Kus berkerja tenggelam.Syukur Kus selamat dan kembali ke  Singapura.Â
Untuk dapat melanjutkan pekerjaan diperusahaan lain,maka wajib test bahasa Inggris lagi .Dan karena selama ini ,sambil bekerja,Kus terus belajar mengupgrade bahasa Inggrisnya,maka dengan mudah ia lulus test bahasa Inggris dan diterima bekerja untuk belayar ke Brunei Darrusalam .Dari tahun 2000 hingga 2017 bekerja di Brunei ,sebagai Chief Einginer .
Dan  hal yang paling membanggakan bagi Kus adalah saat diadakan test untuk menempati Posisi Front  Supervisor antar bangsa,Kus lulus dan menempati rangking ke 2 setelah Pelaut Jerman.