Benarkah Kompasiana akan Diremajakan?

Berarti "Semua Pohon Tua " Akan Ditebang?

Sudah sejak setahun ini issu bahwa  ada rencana untuk melakukan peremajaan di Blog Kita Bersama ini. Bahkan bukan hanya sekedar wacana dan rencana tapi benar benar sudah dijalankan. Issu ini disertai "fakta fakta " tak terbantahkan. 

Misalnya, Penulis Senior dalam setahu ,cukup disirami air yang bernama AU sekali atau dua kali dalam setahun, sedangkan Penulis Mileneal mendapat fasilitas utama sehingga dalam sebulan ada yang AU beberapa artikel.  

Kalau dianalogikan, dalam sebuah perusahaan yang merencanakan untuk melakukan peremajaan dan mem PHK para pekerja tua yang dinilai sudah lamban dan kinerjanya tidak lagi sesuai dengan tuntutan pimpinan perusahaan maka biasanya para pekerja tua tahu diri. Mereka memilih mengundurkan diri ketimbang "diberhentikan dengan hormat"  

Hal ini terjadi juga dalam rumah bersama yang  bernama Kompasiana. Satu persatu Penulis Senior mulai mengundurkan diri karena menganggap keberadaannya sudah tidak lagi diinginkan di Kompasiana. Maka daripada disingkirkan memilih untuk mengundurkan diri dari dunia tulis menulis, khususnya di Kompasiana.

Time Will be The Witness

Saya termasuk salah seorang Penulis Senior yang memegang prinsip "time will be the witness". Walaupun ikut merasakan apa yang dirasakan oleh sesama Penulis Senior, tapi saya mencoba terus bertahan minimal hingga Kompasianival 2021. Biarlah waktu yang membuktikan apakah benar ada rencana untuk "menebang semua pohon tua" yang sudah tidak diharapkan lagi?

Syukurlah, pada waktu diselenggarakan Kompasianival secara virtual ternyata nama saya masih ada disana sebagai The Most Active. Bahkan saya masih dapat Voucher sebagai penghargaan. 

Saya lega, berarti isu bahwa akan terjadi "penebangan massal Para Penulis Senior " tidak benar. Apalagi di Kaledeiskop Kompasiana 2021, nama saya masih muncul sebagai "Kamu nomor 1"  Hal ini sudah menepis keraguan dan tanda tanya selama sepanjang tahun 2021 ini. 

Bahkan ada sapaan dari Admin yang saya kutip disini "Dear Bapak Tjiptadinata Effendi" .

Satu kalimat sederhana, tapi bagi saya sungguh merupakan sebuah penghargaan yang menyalakan kembali semangat menulis yang hampir saja meredup dan mati. Bahkan setiap pertanyaan saya via WA selalu mendapatkan tanggapan yang positif. Hal yang membuat Penulis gaek seperti saya ini menjadi lega