Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Merasa Tidak Dihargai Mengradasi Niat Hati untuk Terus Menulis

14 November 2021   23:00 Diperbarui: 14 November 2021   23:05 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hindari Harapan Yang Berlebihan

Yang namanya puas itu ,memiliki arti yang luas dan tidak terbatas. Setiap orang memiliki "takaran" hingga dibatas mana ia mengalami kepuasan. Kalau dianalogikan orang lagi kehausan,maka boleh jadi yang seorang dengan hanya minum air segelas,maka dahaganya sudah terpuaskan.Tetapi bagi orang lain,mungkin saja butuh air beberapa gelas baru merasa dahaganya terpuaskan.

Rasa puas sangat relatif dan bisa berubah ubah dari waktu ke waktu. Sewaktu masih hidup melarat,mendapatkan selembar uang yang cukup untuk membeli sebungkus nasi rames,rasanya sudah sangat bahagia . Tapi seiring dengan semakin membaiknya kehidupan,maka selembar uang kertas yang dulunya sangat berarti ,kini sudah tidak lagi berharga .Karena  secara tanpa sadar telah terjadi "tuntutan" yang lebih banyak,agar merasa puas. 

Dulu saya berangan angan,seandainya punya uang senilai 10 juta rupiah saya ,wuiih  rasanya gimana tuh? Tapi beberapa tahun kemudian, uang senilai itu tidak lagi menjadikan saya antusias untuk mendapatkannya. Begitulah kehidupan manusia,tidak pernah merasa puas. 

Sisi positifnya adalah memacu atau memotivasi agar orang mau kerja lebih keras lagi,demi memenuhi tuntutan hati ,agar merasa puas .Tetapi bila tidak mampu melakukan kontrol diri,maka dirinya menjadi budak uang . Segala sesuatu akan dikaitkan atau dikalkulasikan dengan nilai nominal sejumlah uang.Bila hal ini terjadi,maka nilai luhur sebagai manusia sudah tergradasi

Kembali Kedunia Tulis Menulis

Saya sudah mendapatkan penghargaan sebagai Kompasianer of the Year 2014. Tapi bila hati saya diliputi rasa tidak puas,maka mungkin mengomel bahkan menuntut, mengapa saya tidak boleh lagi mendapatkan penghargaan lainnya? Mengapa saat Kompasianer lainnya mendapatkan penghargaan dalam bentuk kiriman merchandise Kompasiana,saya tidak dapat? Padahal saya tercatat sebagai Kompasianer Teraktif di rangking pertama . Mengapa orang lain dapat dan mengapa saya tidak dapat?

Bila perasaan semacam ini saya biarkan tumbuh dan berkembang dalam hati,maka secara tanpa sadar akan mendegradasi semangat saya untuk terus menulis. Karena merasa diri saya  tidak lagi dihargai . Masih bisa ditambahkan lagi. Sebagai Kompasianer yang pertama dan hingga saat ini satu satunya mencapai tingkatan MAESTRO mengapa saya tidak dapat secarik kertas penghargaan ?  Bukankah tidak mudah mencapainya ? Dan seterusnya dan seterusnya

STOP menuntut Terlalu Banyak

Cara yang paling baik adalah jangan menempatkan diri kita atau prestasi kita terlalu tinggi,sehingga menuntut ini dan itu. Bersyukurlah sudah mendapatkan penghargaan ,walaupun sebatas ucapan selamat dari teman teman sesama Penulis. Percayalan semakin banyak menuntut,semakin kita akan berkecil hati dan akhirnya memadamkan semangat untuk terus menulis

Dengan cara meminimalkan harapan,maka saya mampu bertahan selama sembilan tahun terus menulis di Kompasiana.Kalau saya biarkan hati saya dikuasai perasaan iri hati dan cemburu menyaksikan tulisan orang lain HL dan sebagainya,maka sejak menerima  penghargaan Kompasianer of the Year 2014 saya sudah berhenti menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun