Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mengapa Pengalaman Hidup yang Pahit Mempengaruhi Sikap Mental?

17 Oktober 2021   06:27 Diperbarui: 17 Oktober 2021   06:32 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi/sedang membisikan sesuatu....

Pengalaman Hidup Yang Teramat Pahit Terpahat Dalam Hati 

Berbagi cuplikan kisah hidup yang ditulis ulang...

Penderitaan hidup yang kami jalani dengan cucuran keringat dan air mata ternyata terlalu dalam mencekam dalam jiwa saya. Setiap kali ada yang datang minta bantuan saya tidak mampu menolak karena terbayang bagaimana kami dulu hidup menderita. Terbawa saat kondisi ekonomi kami  mengalami masalah yang serius. 

Sehingga sepanjang hayat bayang bayang masa lalu seakan selalu mengikuti jalan hidup.  Saya sudah coba melakukan tindakan untuk memutus lingkaran ini, tapi malamnya saya tidak bisa tidur karena merasa bersalah. 

Sebagai contoh, ada yang datang kepada saya untuk minta bantuan karena isterinya mau melahirkan, sedangkan dirinya sedang menggangur. Saya katakan "Maaf, saya tidak bisa bantu karena perusahaan kami sedang mengalami masalah berat." Tapi malamnya saya gelisah dan tidak bisa tidur, merasa saya sudah menghianati hati nurani walaupun sesungguhnya memang perusahaan kami pada waktu itu sedang down mengalami kerugian fantastis akibat ditipu sahabat bisnis. 

Akhirnya, saya kembali menjadi "Sinterklas"  dan dijadikan semacam ATM  Isteri saya sudah berulang kali bilang "Koko, bantu orang tidak masalah tapi masak ada orang yang neneknya meninggal hingga berkali kali dalam setahun?  Dan ada yang isterinya melahirkan berkali kali dalam setahun?"

 Akhirnya saya sadar bila saya terus memegang keuangan, maka kondisi ekonomi kami akan semakin parah. Karena itu akhirnya saya memutuskan untuk menyerahkan seluruh urusan keuangan kepada isteri saya. Karena selama didompet saya masih ada uang dan ada yang datang minta bantuan, entah benar ataukah saya dibohongi saya tidak mampu mengatakan "tidak"

Sejak keuangan sudah tidak lagi ditangan saya, maka saya bisa tidur nyenyak. Bila ada yang datang minta bantuan lagi, saya sarankan tanya kepada isteri saya.  Sehingga ada suara suara mengatakan bahwa saya takut isteri. Tapi saya tidak peduli karena saya yang menyerahkan urusan keuangan kepada isteri saya dan bukan diambil alih.

Terbawa Hingga Kami Sama Sama Menua

Sejak saat itu seluruh urusan yang menyangkut keuangan saya serahkan sepenuhnya kepada isteri saya termasuk pesan tiket pesawat kalau kami akan berpergian. Karena terbukti dalam segi keuangan, ternyata isteri saya jauh lebih cermat dibandingkan saya. Ditambah lagi dengan sifat saya yang tidak suka berbelanja. 

Saya tidak pernah beli baju, sepatu dan seluruh keperluan pribadi diurus oleh isteri saya atau hadiah dari anak mantu dan cucu cucu. Dari mulai kaus kaki, sepatu, sandal, pakaian, jaket  dan  jam tangan serta Hp dan laptop tak satupun yang saya beli. Uang yang saya simpan hanyalah uang yang dikasih anak anak kami, sedangkan uang masuk dari sumber lainnya saya serahkan sepenuhnya kepada isteri .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun