Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Jaya Sangat Dihormati

7 Oktober 2021   18:31 Diperbarui: 7 Oktober 2021   19:32 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam Kejatuhan Tidak Ada Ruang Baginya

Seperti yang sudah pernah saya sampaikan,bahwa hidup itu adalah merupakan proses pembelajaran diri tanpa akhir. Dan kita sudah dibekali dengan sebuah peribahasa: "Learn from the cradle to grave" Belajar sejak dari buaian hingga keliang lahat".

Salah satu hal yang menjadi catatan penting dalam pelajaran hidup yang saya pateri dilubuk hati terdalam adalah :

"Saat kita jaya maka kita akan disanjung,tapi saat tidak berdaya ,kita akan dilupakan orang"  Memang tidak semua orang bersikap mental semacam ini,tapi secara umum, sungguh merupakan fakta tak terbantahkan.  Bagi saya ,berbagi kisah adalah salah satu cara mengaplikasikan Life is to share. Karena gaya penulisan saya adalah Story telling,maka tidak mudah bagi saya untuk mengubah gaya menulis untuk disesuaikan dengan perubahan zaman. Karena itu,walaupun konsekuensi logisnya,tulisan saya tidak akan banyak dibaca orang,saya akan tetap menulis .

Semasa Jaya Tokoh Masyarakat 

Saya masih ingat sosok tokoh masyarakat di Sumatera Barat,khususnya di kota Padang,yang semasa jayanya ,merupakan tokoh masyaratkat yang sangat dihormati, Kemanapun ia pergi selalu disambut dengan senyuman manis dan anggukan kepala sebagai tanda hormat.  Dalam setiap acara ,selalu diminta untuk memberikan sambutan ,

Sosok pria ini bahkan menjabat sebagai pimpinan salah satu komunitas dan sekaligus pimpinan sebuah yayasan yang tentu tidak perlu disebutkan disini. Setiap kali ada acara pertemuan,selalu mendapatkan tempat terhormat dibaris paling depan . Apalagi orangnya sangat ramah dan sangat mudah membuka dompet untuk membantu siapa saja. 

Tapi entah karena apa ,suatu waktu sosok terhormat ini katakanlah namanya Om Rudy ,pindah ke Jakarta . Dan sejak saat itu saya tidak pernah lagi mendengarkan berita. 

Pulang Kampung Dalam Kondisi Nestapa

Entah berapa tahun persisnya Om Rudy di Jakarta,saya sudah tidak ingat lagi. Yang masih jelas dalam ingatan saya adalah saat bertemu dengan Om Rudy. Saya sungguh hampir tidak lagi mengenalnya,karena dulu berbadan tegap dan wajah ceria ,serta suara lantang. Tapi saat bertemu, kondisinya sungguh sangat memprihatinkan. 

Saya panggil Om,untuk menghargai karena usianya jauh lebih tua dibandingkan saya pada waktu itu. Om Rudy menceritakan sambil menangis, bahwa saat berusaha menemui sahabat lamanya,tidak ada yang  mau menerima dengan alasan mereka sangat sibuk. Saya dapat merasakan betapa menyakitkan rasanya ditolak oleh sahabat sendiri. Karena saya sudah pernah mengalaminya. 

Pada masa itu,kondisi perusahaan kami,sedang mengalami masalah berat,sehingga tidak banyak yang dapat saya lakukan untuk membantu meringankan beban Om Rudy . Tapi dalam saat seperti itu,ternyata bagi Om Rudy sudah merupakan sesuatu yang sangat bernilai,sehingga saya dipeluk sambil menangis haru. 

Walaupun secara biologis,kami sama sekali tidak ada hubungan pertalian darah,tapi dalam kondisi seperti ini,saya ikut larut ,meraskan betapa menyakitkan ,saat kita tidak berdaya ,bahkan pintu rumahpun tidak dibukakan untuk kita. 

Om Rudy Dipanggil Tuhan

Mungkin karena kondisi kesehatannya sudah sangat parah dan ditambah dengan berbagai masalah pribadi,seminggu kemudian Om Rudy dipanggil Tuhan. Dan yang datang melayat dapat dihitung dengan jari tangan. Syukur ada badan sosial yang membiayai seluruh biaya pemakamannya. 

Karena itu,dapat dimaklumi,bila orang merantau dan belum sukses,maka ada rasa kuatir yang mendalam bahwa dirinya belum tentu diterima . Bahkan bila dalam acara mudik,tidak jarang orang menyewa kendaraan selama seminggu,untuk menunjukan bahwa dirinya sudah sukses dirantau orang,walaupun sesungguhnya  kendaraan yang digunakan adalah kendaraan carteran.

Ini merupakan hukum tidak tertulis,yakni :"Bila gagal dirantau,alangkah baiknya  jangan pulang kampung ",kecuali memang sudah siap untuk  dijauhi teman teman lama,bahkan mungkin dijauhi sanak keluarga sendiri.   

Hanya sebuah renungan jelang makan malam .Semoga jangan sampai terjadi pada diri kita 

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun