Refleksi Diri
Begitu pembicaraan usai,saya sempat terpana beberapa saat dan bilang pada isteri saya :"Syukur kita dulu berani ambil resiko dengan keluar dari Pasar Tanah Kongsi ya. Coba kalau masih bertahan jualan kelapa...? " Tak berani saya membayangkan seperti apa hidup anak cucu kami,seandainya kami masih tinggal di Pasar Tanah Kongsi. Memang ada beberapa orang yang punya toko yang cukup besar di Tanah  Kongsi,tapi dapat dihitung dengan jari tangan,selebihnya kami saksikan dengan mata kepala sendiri,bahwa ritual hidup yang pernah kami lalui sewaktu jualan kelapa di Pasar Tanah Kongsi,hingga kini masih dijalani oleh para tetangga kami dulu.Yakni bangun jam 03.00 subuh ,untuk mempersiapkan barang barang yang mau dijual "Membayangkannya saja,membuat saya merinding.  Hal ini semakin melambungkan rasa syukur kami kepada Tuhan
Semoga tulisan ini dapat menjadi masukan yang berharga bagi para pembaca,bahwa jalan hidup yang dipilih ,resikonya tidak hanya ditanggung secara pribadi,tapi anak cucu kelak akan ikut menanggung,baik atau buruk.Â
Tjiptadinata Effendi