Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Saya Memerdekakan Diri dari Kebencian dan Dendam

13 September 2021   09:27 Diperbarui: 13 September 2021   10:05 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Berbagi Secuil Pengalaman Hidup

Menjalani hidup selama lebih dari 78 tahun, tentu saja banyak hal yang sudah dialami. Ada suka dan ada duka. Sepertinya Suka dan Duka ini bagakan mata uang yang  selalu menyertai kehidupan kita.  Siapakah diantara kita yang seluruh keluarganya menjalani hidup secara sempurna? Kalau kita mau bicara secara jujur, no one is perfect in all over the world. Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan.

Dalam perjalanan hidup,tidak selalu kita mengalami jalan yang mulus ,bahkan tidak jarang kita menempuh jalan yang curam licin dan terjal. Tidak jarang kita berhadapan dengan cinta dan penghianatan   Air susu yang dibalas dengan racun sianida Inilah hidup yang sesungguhnya,yang terkadang sangat manis, tapi tidak jarang menyeramkan dan membuat kita merinding.

Orang yang kita sayangi,seperti anak sendiri. Orang yang sudah memeluk kita dan berbisik :"Semoga Tuhan memberkati" ternyata tega menghujamkan belati dipunggung kita,hingga tembus ke jantung. Rasa sakit tak terperihkan.  Belum lagi dipermalukan. ,di cari cari oleh Polisi dan masuk dalam DPO - Daftar Pencarian Orang ,bahkan ditangkap di tengah malam buta di hotel Sahid Kawanua di Manado. Dibawa sebagai penjahat dan di tahan di Surabaya .

Ampunilah Dosa Kami Seperti Kamipun Mengampuni Yang Bersalah Kepada Kami

Berada dalam tahanan,menyebabkan saya murtad. Saya tidak mau lagi berdoa. Karena setiap kali saya mengucapkan :"Ampunilha dosa kami,seperti kamipun mengampungi yang bersalah kepada kami.  And forgive us our trepasses,as we forgive whose trepass again us" saya merasa bagaikan memperolok olokkan Tuhan dan semakin menambah jumlah dosa saya. Karena pada waktu itu ,hati dan jiwa saya sarat dengan kemarahan . Kalau ketemu orang yang menghianati ,saya akan mencabik cabik dirinya "  

Tetapi hidup dalam dendam dan kebencian ,sungguh sangat meremukan batin saya.  Saya ingat,sewaktu Jesus disalibkan dan berkata :"Bapa ampunilah mereka,karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan. "Dan saya menangis.serta perlahan lahan bangkit dan melepaskan diri dari dendam dan kebencian 

Saya Sudah Memaafkan

Sewaktu keputusan Mahkamah Agung RI menerbitkan Surat Keputusan,bahwa Tjiptadinata Effendi dinyatakan bebas murni.dan sahabat yang telah menghianati saya datang minta maaf,sambil menangis ,saya bersyukur ,mampu memaafkan dengan setulus hati

Hidup Tanpa Dendam dan Kebencian Sungguh Merupakan Kemerdekaan Sejati

Sejak saya mampu memaafkan dengan setulus hati,rasanya hidup kami menjadi semakin indah . Hari hari kami penuh dengan rasa syukur kepada Tuhan,walaupun masalah hidup tetap ada.  Hidup tanpa dendam dan kebencian ,menjadikan hari hari kami sarat dengan rasa syukur dan kebahagiaan

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun