Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menempuh 2 Jam Perjalanan demi Menyaksikan "Air Gila" (Bukan Humor)

26 Agustus 2021   19:15 Diperbarui: 26 Agustus 2021   19:28 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: dreamstime.com

Kejadian 70 Tahun Lalu

Tempo dulu saling berkunjung antar sesama keluarga  di daerah Sumatera barat, misalnya dari Kota Payakumbuh ke Padang hanya dapat dilakukan setahun atau maksimal 2 kali dalam setahun . Karena masih jarang transportasi antar kota. 

Secara umum masing masing warga menjalani hidup di kota masing masing. Tapi karena ayah saya alm. lahir di kota Payakumbuh dan dibesarkan disana bersama dengan seluruh keluarga besar, maka setelah pindah ke Padang agar hubungan tidak terputus dengan keluarga besar, maka dalam berbagai kesempatan kami anak anak, saling berkunjung dengan sanak keluarga di Payahkumbuh. 

Sebagian besar Pedagang tembakau yang tinggal di Payakumbuh pada waktu itu adalah saudara ayah saya. Misalnya yang tinggal di jalan Lundang.

Sesekali kami dari Padang ke Payakumbuh terasa merupakan perjalanan yang sangat jauh dan seru banget rasanya. Tapi kami tidak mengenal nama Payakumbuh, melainkan  ke Darek.

Kata "Darek" berarti "Darat" karena kota Padang terletak di tepi pantai. Setiap kali pulang dari Darek (Payakumbuh) hal yang paling menyenangkan adalah kami bawa pulang oleh oleh berupa "Galamai" Yakni semacam dodol ala Sumatera Barat.

Sedangkan bagi saudara saudara sepupu saya berkunjung ke Padang merupakan suatu kegembiraan besar, karena mendapatkan kesempatan untuk "Mancaliek aie gilo" (menyaksikan air gila). Karena di Payakumbuh hanya ada kolam ikan dan kolam renang Batang Tabik yang airnya berasal dari mata air, maka tentu saja airnya tenang .

Sedangkan  di pantai Muara Padang mereka menyaksikan ombak yang bergulung gulung dan menghempas ketepi pantai. Dari sinilah asal muasal "aie gilo" karena menyaksikan air laut bergerak kesana kemari, melambung tinggi dan kemudian menghempaskan diri di tepi pantai. Dan mereka menamakan ombak sebagai "aie gilo"bukan lelucon atau bercanda, tapi sungguh serius.

Masing Masing Bawa Pulang Aie Gilo Sebotol Seorang

Bukti bahwa sepupu saya yang rata rata berusia sekitar 10 tahun, sebaya dengan saya sekitar tahun 70 tahun lalu. Suatu waktu datang dengan masing masing membawa botol kosong. Mereka tidak berani menyentuh air ombak dan hanya menyaksikan aie gilo dengan takjub . Meminta pada saya untuk mengisi aie gilo untuk dibawa pulang ke Payakumbuh. Maka dengan senang hati saya menangkap aie gilo dan mengisi dalam botol. Seingat saya ada 8 botol aie gilo yang berhasil saya tangkap dan dihadiahkan kepada sepupu saya . 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun