Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persahabatan Tidak Ada Urusan dengan "Mengambil Hati" apalagi "Mengambil Muka"

12 Agustus 2021   19:25 Diperbarui: 13 Agustus 2021   05:09 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mengambil Muka"  Dilakukan Bawahan Terhadap Atasan Untuk Dapatkan Sesuatu Keuntungan

Sebagai Penulis kita mau ambil muka pada siapa?

Seperti sudah pernah saya ceritakan sebelum menulis di Kompasiana, saya sudah menulis 10 judul buku dan semuanya di terbitkan oleh PT Elekmedia Komputindo yang kantornya berada di Gedung Kompas jalan Palmerah Jakarta.

Saat pertama membawa naskah, saya sama sekali tidak pernah merengek rengek agar naskah saya diterbitkan. Bahkan secara terus terang saya sampaikan bahwa saya sama sekali tidak paham mengenai istilah istilah di percetakan. Jadi saya hanya serahkan Naskah dan kemudian foto foto yang diminta. Urusan lainnya mohon maaf saya tidak tahu. 

Tanpa perlu mengambil hati,apalagi mengambil muka, tidak satupun naskah saya yang ditolak,malahan saya "dikejar " agar secepatnya mempersiapkan naskah selanjutnya. Karena sering bertemu, maka selanjutnya, kami menjadi sahabat dan saling kontak, diluar masalah cetak mencetak. Bahkan ketika Ibu Candra menjadi Editor sempat saya undang ke acara ulang tahun Yayasan yang saya dirikan yang diselenggarakan di Lembang. Luar biasa bu Candra hadir padahal sama sekali tidak ada hubungan dengan cetak mencetak hanya semata mata hubungan persahabatan.

admin-ab-6115168f06310e2ce363dd92.jpg
admin-ab-6115168f06310e2ce363dd92.jpg
Hubungan Penulis Dengan Admin Kompasiana

Pada waktu  sebelum Covid, setiap ada waktu kami pulang ke Jakarta, pasti saya dan isteri berkunjung ke Markas Besar Kompasiana di Gedung Kompas di Palmerah Jakarta. Dari sejak Pimpinan Kompasiana pak Pepih Nugraha,hingga berganti dengan mas Isjet dan belakangan dipimpin mas Nurul Ujuy, tradisi  berkunjung tetap kami lanjutkan. 

Padahal saya sudah mendapatkan penghargaan Kompasianer of the year 2014. Tapi kunjungan kami berdua sama sekali tidak ada membawa misi apapun karena tidak ada yang kami harapkan selain dari hubungan persahabatan. Hal ini kami lakukan juga dalam kunjungan ke Kantor ORARI, di mana kami dulu aktif dan kini hanya sebagai anggota pasif.

admin-6-611516e606310e2f60511a52.jpg
admin-6-611516e606310e2f60511a52.jpg
Pada waktu  kami  berkunjung  terakhir kali sebelum Covid, seingat saya kami berdua diterima oleh mas Nurul dan teman teman admin.Seingat saya ada mas Kevin, mas Kamil, mbak Widha yang menyalami kami dengan senyuman khasnya, mbak Sekar yang mengingatkan bahwa kami sudah pernah bertemu sebelumnya. 

Ada mbak Reza yang imut-imut, menyalami dengan senyuman manis, Mas Rizky dan Mas Last Boy yang tetap ganteng dan misterius, Mas Anas, mbak Fina, Tami, Apri, Maru, Nancy, Ariesa dan mbak Dinda yang ketawa lebar, serta mbak Gilang yang rasanya sudah pernah ketemu. Setelah itu, ternyata dilantai bawah kami sudah ditunggu oleh Pak Pepih diajak ngopi bareng dan ditraktir pak Pepih walaupun beliau sudah lama resign dari Kompasiana.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun