Bukti Bahwa Nilai Sebuah Artikel Bukan Terletak Pada Keindahan Bahasanya,Tapi Pada Selling Point Yang Terkandung Didalamnya
Sudut pandang tentang nilai dari sebuah tulisan ,tentu saja berbeda beda. Kalau dalam dunia Sastera yang dikedepankan adalah keindahan bahasa dan gaya serta cara merangkai kata
Beda Ruang Beda KepentinganÂ
Tetapi di media berita,yang dinomor satukan bukanlah keindahan bahasanya,melainkan Selling Point yang terkandung didalam tulisan tersebut.
Buktinya,artikel yang sesungguhnya sama sekali tidak ada "bagusnya" baik dari gaya bahasa ,maupun dari sudut tata bahasanya Ternyata ariltiel yang tampak sepele ini dalam waktu dan tempo yang sesingkat singkatnya,menjadi "rebutan " berbagai media arus utama.Â
Padahal sama sekali tidak memiliki nilai inspirasi atau motivasi ,serta sama sekali tidak ada kaitannya dengan manfaat yang dapat dipetik oleh para pembacanya. Tetapi artikel yang sesungguhnya hanya "curhat " saya secara pribadi,dalam tempo singkat menjadi viral .
Sebagai gambarannya saya kutib sebagian diantaranya
Â
Tulisan mengenai hal ini saya tulis di Kompasiana Ini linknya Â
Tulisan yang tidak mendapatkan Label dari Kompasiana ini,malah dikutip oleh Kompas.com dan Liputan 6 serta berjibun media arus utama lainnya
Tulisan ini ,semata mata untuk menyemangati teman teman Penulis di Kompasiana,agar walaupun seringkali kita kecewa,karena tulisan kita rasanya tidak dihargai,tapi tetaplah menulis. Buktinya,tulisan saya yang  sama sekali tidak ada bagusnya,malahan menjadi rebutan dari media arus utama ,untuk dijadikan sumber berita.Â
Hanya sepotong kertas kecil yang tampak tak berharga,tapi dari sudut pandang media arus utama,memiliki Power of selling point
Seandainya setiap tulisan kita ada satu saja manfaatnya bagi masyarakat ,berarti tidak sia sialah kita menulis.
Tjiptadinata Effendi