Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Adalah Bagian dari Kesenangan Hidup

3 Agustus 2021   09:41 Diperbarui: 3 Agustus 2021   10:17 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: internationalwomensday.com

Jangan Sampai Terjerumus  Menjadi :" Penulis Kejar Tayang"

Setiap hari menulis bagaikan Sopir kejar setoran  tentu saja bisa . Misalnya menargetkan diri sendiri,setiap hari minimal 10 judul tulisan terposting. 

Tapi hal yang tidak mungkin dilakukan adalah  menentukan target pembaca. Sekiranya saya bersikap masa bodoh dan terus menulis dengan prinsip :"Pokoknya target 10 artikel setiap hari tercapai"  Mungkin pada awalnya ,masih ada secercah rasa bangga pada diri,karena telah mampu membuktikan,bahwa saya mampu menulis 10 artikel setiap hari. 

Tetapi selang beberapa hari kemudian saya sadar,bahwa akibatnya saya secara tanpa sadar sudah menempatkan menulis sebagai prioritas utama dalam hidup. Saya mulai mengabaikan ajakan isteri untuk berbelanja atau sudah tidak mau lagi olahraga pagi. 

Sejak saat itu,menulis sudah bukan lagi menjadi "obat" bagi diri,tapi sudah berubah wujud menjadi racun yang menodai kebahagiaan dan keharmonisan dalam berumah tangga. 

Ibarat Sopir Kejar Setoran

Kalau kita menyaksikan dibidang kehidupan lainnya,salah satunya adalah kehidupan para Sopir Taksi atau Sopir Angkot,ada istilah "Kejar Setoran" Dan istilah ini bukan hanya sekedar gagah gagahan,melainkan secara de facto ,memang mereka dituntut untuk setor sekian ratus ribu rupiah perhari. Kalau ternyata tidak mampu,maka kendaraan akan ditarik dan berarti ia akan kehilangan mata pencariannya. 

Akibat seluruh pikirannya,terpancang pada kejar setoran,maka secara sadar ataupun tidak,Pengemudi mengendarai kendaraan tanpa memperhatikan rambu rambu lalu lintas,bahkan terkadang mengabaikan keselamatan para penumpangnya. 

Misalnya berhenti ditempat yang sudah ditulis :"DIlarang STOP",ia tetap menghentikan kendaraan bilamana ada calon penumpang berdiri disana.  Tidak jarang,penumpang belum selesai naik,kendaraan sudah dipacu. 

Hal ini sama sekali bukan urusan kita,hanya sebatas sebagai analogi.untuk menggambarkan,seandainya kita menulis karena terintimidasi oleh pikiran kita sendiri,yakni :"Kejar Tayang" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun