Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dikagumi Orang Banyak adalah Sebuah Penghargaan

21 Juli 2021   19:48 Diperbarui: 21 Juli 2021   20:27 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

 Tapi Sekaligus Memikul Tanggung Jawab Moral 

Orang tua dianggap sudah kenyang makan asam garam kehidupan. Karena itu banyak orang yang beranggapan bahwa orang tua adalah sosok yang tahu jawaban atas semua masalah kehidupan. Apalagi ,setelah saya dan isteri malang melintang menjelajahi lebih dari  100 kota dari Sabang hingga Merauke dan mendapatkan panggilan kehormatan sebagai :"Grand Master Reiki" . 

Sejak masa itu, saya dianggap sebagai manusia setengah dewa,yang tahu segala galanya.  Padahal awalnya,hanya fokus pada tekhnik terapi diri dengan memanfaatkan energi alam yang dikenal dengan istilah Reiki. Tapi lama kelamaan,tanpa ada yang mengangkat , saya sudah bertugas sebagai Konsulan ,walaupun tidak ada yang mengangkat saya menjadi Konsultan ,termasuk hingga kemasalah pribadi. 

Menjadi tumpuan harapan dan tempat bertanya orang banyak,sepintas seakan merupakan sebuah kebanggaan diri,bahwa diri kita dibutuhkan begitu banyak orang. Tetapi ternyata dalam perjalanan hidup, tidak jarang menyisakan rasa penyesalan mendalam 

Salah Satu Contoh

Panggilan "Ayah " Opa "bahkan :"papa" sudah sejak dulu merupakan panggilan orang orang yang merasa dekat secara pribadi. Mungkin menganggap saya sebagai penganti kakeknya atau pengganti orang tua mereka.  

Suatu waktu Dilla ,mengirim pesan kepada saya :" Ayahanda yang Dilla sayangi , Dilla mau minta saran dari ayah.  Kalau tidak ada aral melintang,rencana tahun ini,Dilla akan menikah dengan Bram yang sudah pernah Dilla kenalkan kepada Ayahanda dan Bunda  . Yang menjadi beban Dilla adalah masalah gangguan kesehatan yang Dilla derita . Apakah sebaiknya Dilla diamkan atau menceritakan secara terus terang kepada Bram?" 

Saya terdiam,bukan karena tidak tahu jawabannya,tapi memikirkan akibatnya. Menurut dokter Dilla positif Lupus.Sepintas tampak Dilla adalah gadis yang sehat ,tapi sewaktu waktu ia bisa drop . Tapi disanggah dengan minum obat obatan ,disamping dibantu dengan terapi dengan tekhnik reiki,akhirnya Dilla  mampu menyelesaikan kuliahnya hingga lulus Sarjana Ekonomi 

Kalau saya katakan :" Jangan diberitahu,berarti sebagai orang tua,saya mengajarkan Dilla untuk berbohong.  Tapi kalau Dilla secara jujur menceritakan bahwa dirinya terkena Lupus,apakah Bram masih tetap ingin melanjutkan rencana pernikahan mereka? Kalau Bram malahan kaget dan membatalkan pernikahan mereka ,apa jadinya dengan Dilla? 

Maka saya kirimkan pesan ke Dilla:"Ananda Dilla.mohon maaf Ayahanda hanya dapat memberikan saran ,tapi yang memutuskan adalah ananda Dilla. Begini,Kalau Dilla mendiamkan dan kelak setelah menikah ,ketahuan bahwa ternyata Dilla terkena lupus,maka bukankah Bram merasa bahwa dirinya didustai ?  Tapi kalau Dilla berterus terang kepada Bram,apakah ia masih tetap mau melangsungkan pernikahan ? Kalau Bram menolak, apakah Dilla siap mental menerima penolakan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun