Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menemukan Makna Idul Adha di Pegunungan Himalaya

20 Juli 2021   10:40 Diperbarui: 20 Juli 2021   11:50 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: id.pinterest.com/puruhito

Idul Adha Menyirat Pesan Mendalam Tentang  :"Life is to share"

Pasangan pasutri yang sudah berusia diatas setengah abad ini ,tampak berjongkok di depan emperan toko souvenir di salah satu desa kecil di  pegunungan Himalaya. Keduanya saling berpelukan sangat erat.  Tapi jangan sampai imaginasinya melayang kemana mana ,karena keduanya berpelukan bukan dalam kisah romantis seperti dalam Sinetron. Tapi karena keduanya mengigil kedinginan. 

Biasanya mereka hidup di negara tropis,kini mereka berdua,tanpa konsultasi dan tanpa mencari tahu tentang suhu udara di pegunungan Himalaya secara nekad terbang kesana. Baru sadar ,bahwa semangat yang menyala nyala ,tidak mampu menahan dinginnya udara yang berada 20 derajat dibawah titik beku.  Mereka sudah pernah merasakan betapa saat kehausan yang amat sangat saat berada berjam jam di gurun pasir dan mendambakan seteguk air.

Tapi kini serasa mereka tidak akan mampu bertahan melawan dinginnya udara yang membeku.  Penderitaan ini semakin dilengkapi dengan oxigen yang hanya sekitar 50 persen di ketinggian lebih dari 7 ribu meter dari permukaan bumi. 

Sudah hampir satu jam keduanya berjalan mengelilingi desa tersebut,dengan maksud membeli secangkir teh hangat. Tapi ternyata tak satupun kedai minuman terdapat disana . Perlahan lahan,karena kekurangan asupan oksigen kedalam otak,keduanya berjalan sempoyongan ,seakan akan orang mabuk.  Serasa separuh sukma sudah meninggalkan raga. Keduanya bagaikan orang kehilangan akal,mendambakan secangkir air hangat

Tetiba Seorang Gadis Cantik Membawa Penapan Berisi 2 Cangkir Teh Yang Masih Berasap

Tiba tiba pandangan mata mereka sayup sayup menyaksikan seorang gadis membawa sebuah penampan dengan 2 cangkir teh yang masih mengepulkan asap,saking panasnya.  Awalnya kedua pasangan ini mengira hanya halusinasi saking merindukan secangkir teh hangat. Tapi gadis tersebut melangkah semakin dekat dan saat berada didepan mereka,gadis ini membungkukkan tubuhnya dan berkata lembut :"Assalamualaikum.. " sambil menyodorkan penampan tersebut. 

Dengan tangan gemetaran masing masing pasangan suami isteri ini mengulurkan tangan dan mengambil teh hangat. Bagi mereka teh hangat ini sungguh merupakan  minuman yang diturunkan Tuhan dari surga . 

Walaupun belum pernah ke surga,tapi mencicipi teh hangat dalam kedinginan yang membuat tubuh dan otak mereka seakan membeku,sungguh serasa bagaikan minuman surgawi. Sehabis minum , yang pria mengembalikan kedua cangkir dan meletakan diatas nampan,serta sekaligus meletakan beberapa lembar uang kertas,sambil mengucapkan terima kasih berulang kali.

Tapi gadis ini dengan senyuman manis mengembalikan uang tersebut sambil berkata :" Maaf, tidak semua hal dinilai dengan uang. Saya berikan teh tersebut dengan setulus hati. " Padahal uang yang diatas naman,bukan recehan ,malahan mungkin sebesar gajinya sebulan.Tetapi gadis ini dengan sopan menolak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun