Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Menyangka Sama Sekali (Bersambung)

15 Juli 2021   11:06 Diperbarui: 15 Juli 2021   11:19 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. pribadi penulis

 

Buku Kolaborasi "150 Kompasianer Menulis "Menghadirkan Komentar Mengharu Biru

Sesungguhnya sudah sejak buku "150 Kompasianer Menulis" ini mulai dibantu mendistribusikan oleh pak Ikhwanul Halim, sudah ada puluhan komentar yang masuk via  WA kepada saya. Kalaulah isi komentar hanya sebatas ucapan terima kasih yang merupakan pengulangan ritual yang mungkin sudah dianggap basi, tentu tidak perlu saya menghabiskan waktu yang tak ternilai untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Tapi komentar yang saya terima sungguh sarat dengan rasa haru dan sekaligus menghadirkan rasa haru biru dalam hati saya. Karena tidak ada yang melihat, maka secara diam diam,saya biarkan air mata saya jatuh menetes di atas tuts laptop saya. Tapi sama sekali tidak terpikirkan oleh saya untuk menuangkannya dalam bentuk artikel.

Baru setelah membaca tulisan dari sahabat Kompasianer Agustina Purwantini, dengan judul: "Hikmah Pandemi: Mengenal Para Kompasianer Lain Melalui Pak Tjip-Bu Lina" saya terinspirasi dan termotivasi untuk menyalin puluhan komentar tersebut, tentunya tanpa perlu menyebutkan nama nama pengirimnya. Karena pesan lewat WA, merupakan pesan yang bersifat privasi dan tidak etis kalau saya bagikan dengan menyebutkan nama orangnya, maupun nama penanya. 

Buku yang Menjembatani Antar Sesama Kompasianer

Intisari dari tulisan mbak Agustina Purwantini dalam artikel tersebut, saya coba rekam tulis dalam bahasa dan gaya saya sendiri, yakni "bahwa buku 150 Kompasianer Menulis merupakan sebuah titian atau jembatan yang telah menghubungkan antar sesama Penulis di Kompasiana yang selama ini, walaupun berada di bawah atap yang sama, tapi masih belum saling sapa ataupun saling berkunjung. Hal ini tentu saja menghadirkan rasa syukur dalam hati kami berdua.

Selanjutnya izinkanlah saya menuliskan beberapa komentar yang saya terima via WA, atas buku yang sudah diterima oleh masing-masing Penulis dan sesuai etika bahwa pesan via WA merupakan pesan privasi, maka saya hanya menyalin komentarnya dan hanya menuliskan nama samaran 

Impian Untuk Menerbitkan Buku Menjadi Kenyataan

"Alhamdulilah.. Subhanallah, impian saya sejak dulu untuk dapat membukukan tulisan saya menjadi kenyataan. Terima kasih Opa dan Oma, dalam setiap doa, selalu tak lupa saya sampaikan hasrat hati, agar suatu waktu tulisan saya dapat menjadi salah satu halaman dari buku yang diterbitkan. Sebagai seorang guru  honorer di Madrasah di desa kecil, rasanya  impian ini terlalu muluk. Tapi saya yakin dan percaya, kalau Allah mengizinkan, tiada yang mustahli. Ternyata melalui Opa dan Oma impian saya jadi kenyataan. Buku ini saya pamerkan di sekolah, bukan hanya di hadapan murid murid saya, tetapi juga di hadapan majelis guru. Saya bangga, tulisan saya ada dalam buku berbobot tersebut. Semoga Opa dan Oma selalu di Rahmati Allah Subhanallah"

Salam takzim ananda Dilla 

Hadiah dari Opa dan Oma Mengubah pandangan hidup saya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun