Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rasa Rindu Kampung Halaman

28 Mei 2021   17:57 Diperbarui: 28 Mei 2021   18:15 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menuangkannya Sebagai Karya Tulis

Yang rindu Kampung Halaman dapat dikatakan merambah semua Perantau. Baik yang merayakan Idul Fitri ,maupun tidak. Walaupun istilah yang digunakan  sedikit berbeda,yakni antara :"mudik" dan "pulang kampung" ,intinya sama,yakni para Perantau tidak bisa pulang kampung. Hal ini disebabkan Nona Corona bertandang ke bumi kita dan betah berlama lama  dan hingga kini belum mau kembali ke habitatnya.

Padahal sebelum  covid menjajah dunia,tiket ke Padang sudah kami booking . Bahkan sudah minta tolong keponakan membooking seluruh ruang VIP di salah satu restoran di Padang,karena kami bermaksud mengundang semua teman teman .Baik teman  teman lama,maupun teman teman di dunia maya,yang belum sempat bertemu. Rencananya jamuan makan bersama ini,akan disatukan dengan undangan makan seluruh sanak keluarga  dari kami kedua belah pihak. 

Salah seorang mantan murid saya di SD Darwis yang kini sudah  jadi Pengusaha sukses,sudah kontak saya dan mengatakan :"kita jalan jalan ke Bukittinggi ya pak dan menginap disana. Kamar untuk bapak dan ibu di hotel ,saya yang tanggung jawab . Pokoknya,selama di Padang  dan di Bukitinggi . bapak dan ibu menjadi tanggung jawab saya. 

Berebut Kasih Sayang

Keponakan saya Rukiat,yang masih akfit sebagai Pimpinan Bank Permata ,sudah pesan :"Om.kapan ke Padang,kabarkan ya. Kita makan malam bersama " Ada Vivi dan Riri ,serta Rina juga berpesan:"Bapak dan ibu ,kapan ke Padang ,kabarkan ya" Ada pak Alkaf Dharman ,sahabat lama berpesan:"Kapan bapak ibu ke Padang,kabarkan ya ,saya jemput"

Rencana Mau Keliling Indonesia

Isteri saya sudah sejak lama mempersiapkan souvenir kecil,yang jumlahnya sekitar 200 keping. Saya tanya:"Kita mau pulang kampung,mau jualan souvenir ya?" Eee tau tau saya dicubit dan isteri saya bilang:" Koko. semuanya ini mau dibagikan untuk teman teman tau?" 

"Aduh,masa pakai acara cubit cubitan ?" kata saya sambil pura pura meringis 

"Hmm,kita rencana, selain dari Padang dan Jakarta,mau ke Bandung  dan Yogyakarta. Kemudian kita ke Kupang ya Koko .lalu rencana mau ke  Kalimantan dan Sulawesi  ya Ko?" kata isteri saya sambil tersenyum. 

Tapi itu rencana sebelum Covid. Kini,semuanya masih tinggal rencana ,karena International Border masih belum dibuka oleh Pemerintah Australia. Kalau nekad tetap keluar,jangan harap akan diizinkan masuk lagi kesini.  Nah, rasa sedih dan galau,karena belum bisa pulang kampung,sudah disalin dalam kata kata,maka jadilah  artikel yang siap untuk diposting,agar dapat dibaca teman teman semuanya Bahwa yang lagi galau hatinya,bukan hanya yang tidak bisa mudik,tapi juga kami semua yang berada di rantau . Bayangkan dua tahun belum ketemu anak cucu yang di Indonesia,kangen nggak ? Tapi mau bilang apa juga lagi, hal ini adalah sebuah kenyataan yang harus dihadapi dengan berlapang dada 

Dan esensial dari tulisan ini,bukan fiksi,tapi from true story. Ada 200 souvenir kecil di persiapkan isteri dan saya tidak tahu apakah  bisa muat di koper atau tidak?

Untuk menghibur diri,maka kami berdua sering mendendangkan lagu:"Kampuang den nan jauah di mato..gunuang sansai bakuliliang....."

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun