Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Terinspirasi Kesetiaan Sampek Engthay

16 Mei 2021   18:28 Diperbarui: 16 Mei 2021   18:33 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: http://web.budaya-tionghoa.net/

Seluruh Anggota Keluarga Setia Sampai Ajal

Seperti yang sudah pernah saya tuliskan, dari ayah dan ibu yang sama terlahir 11 orang anak yang terdiri dari 9 orang laki laki dan 2 orang perempuan. Ayah kami awalnya adalah seorang Sopir Truk antar kota, yakni Padang - Payahkumbuh. Kemudian karena banyak terjadi perampokan selama diperjalanan, terutama di Bukit Tambun Tulang ,maka  ayah memilih menjadi Kusir Bendi agar lebih aman. 

Membesarkan 11 orang anak dengan hasil dari Profesi sebagai Kusir Bendi, sudah dapat dibayangkan jauh dari mencukupi. Apalagi pada waktu itu, kakak saya yang sudah bekerja ,baru 3 orang dengan penghasilan yang sangat minim. Karena itu jangankan membelanjakan uang untuk membeli buku buku, untuk makan saja tidak mencukupi

Dirumah hanya ada satu buku cerita yang awalnya dibeli dari toko buku bekas oleh kakak saya. Dan kemudian secara  estafet buku ini pindah tangan ke kami adik adiknya. Sewaktu buku tersebut tiba ditangan saya masih dalam kondisi layak baca, karena selalu dijaga dengan sangat hati hati. 

Pada waktu itu saya masih duduk di Sekolah Rakyat yang kini bernama Sekolah Dasar. Karena merupakan satu satunya buku yang ada dirumah kami, maka setiap kali ada waktu senggang sehabis membantu ibu di dapur dan jualan telur asin, saya mengulangi membaca buku tersebut.

Dan setiap kali membaca pasti mata saya basah, padahal saya bukan tipe anak laki laki yang cengeng. Pernah sewaktu main layangan, karena tidak memakai sandal, kaki saya  tertusuk besi paku dari telapak kaki hingga menembus kebagian atas . Saya cabut sendiri dan saya obati dengan menumbuk bawang merah dicampur sesendok gula pasir. Malamnya saya sempat demam tapi esok harinya tetap kesekolah

Kembali Ke Judul 

Waktu duduk di kelas 6 usia saya sekitar 13 tahun, jadi tahun 1956 berarti sudah 64 tahun lalu. Karena itu saya mencoba menulis sebisa bisanya. Pasti tidak mungkin saya tulis secara runut. Tapi yang penting intinya tersampaikan.

Ringkasan Cerita:

Engtay adalah seorang gadis muda dari  desa Shangyu yang merupakan  putri tunggal dari sebuah keluarga kaya. Karena di desanya belum ada sekolah tinggi ,lagi pula pada waktu itu,anak perempuan tidak dibenarkan mendapatkan pendidikan tinggi,maka gadis ini menyamar sebagai seorang laki-laki  Ia  pergi ke  kota besar yang bernama Hangzhou untuk melanjutkan pelajarannnya . 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun