Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hindari Saling Komentar Online Antara Suami Istri

16 Mei 2021   08:12 Diperbarui: 16 Mei 2021   08:30 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk Hindari Berantem Secara Virtual

Sebuah pertanyaan yang sangat biasa dan tidak mengandung hal hal yang bersifat spektakuler. Bahkan pertanyaan ini memiliki makna tunggal dan tidak membias kemana mana . Karena kalimatnya dilengkapi dengan kata :"Komentar" Seandainya,kalimatnya terputus hingga menjadi:"Bolehkah suami isteri saling memberikan?" ,maka kalimat ini akan memiliki multi tafsir. Yakni saling memberikan apa?  Dapat ditafsirkan :

  1. saling memberikan nasihat
  2. saling memberikan angpau
  3. saling memberikan kasih sayang
  4. saling memberikan .......(silakan diisi sendiri)

Menjawab Quiz Zonder Hadiah dari Pak Felix Tani

Berawal dari komentar soulmate saya ,dalam artikel pak Felix :
"Berbahagialah orang yang tahu cara membuat orang ketawa karena pahalanya melimpah-limpah. Dan sosok tersebut adalah mas Felix. Hmm, pantasan suami saya jadi pengagum mas Felix, karena sifatnya sama." Ternyata komentar ini dijadikan bahan tulisan bagi pak Felix. Luar biasa,pak Felix 

Nah, hal yang dipertanyakan :"Mengapa antara Tjiptadinata Effendi dan Roselina,tidak saling memberikan komentar di tulisan masing masing? " Ada beberapa jawaban yang cukup mengena ,yakni saling komentar secara pribadi lebih romantis dan mesra. Ada juga komentar lainnya:"Sudah saling komentar ,sewaktu Oma menyediakan secangkir Capucinno hangat untuk Opa " pasti sudah saling menyapa dengan mesra. Ternyata the power of imagination dari pak Felix memang luar biasa. Mampu menembus hal hal yang tidak terlihat dan tidak terdeteksi oleh nalar,yakni,ternyata pak Felix mampu mengalahkan Sang Penerawang dari Timur ,yakni Pak Rudy Gunawan.  Kata pak Felix,secangkir Capucinno itu diminum berdua oleh Pak Tjiptadinata Effendi dan bu Roselina" Pas banget  hasil penerawangan pak Felix.. Dalam hal ini pak Rudy Gunawan,suka atau tidak suka,terpaksa memgakui keunggulan pak Felix. Jawabannya saya kasih angka :" 100" untuk pak Felix. Benar,kami minum secangkir Capucinno berdua .(Yang jomblo pura pura tidak baca saja kalimat ini ya,kalau nggak bahaya ,bisa iri hati hehehe)

Inilah Saling Komentar Offline Antara Kami Berdua

"Lin (panggilan kesayangan kepada isteri saya) ,mengapa panggil "mas Felix? Kan Pak Felix itu Professor?" Kata saya kepada isteri

"Koko kalau kita mahasiswa,wajib panggil "bapak" kepada dosen kita ,tidak peduli professor atau bukan . Usia kita kan sudah 77 plus,sedangkan mas Felix seusia putra kita. jangan lupa putra pertama kita Irmansyah Effendi berusia 55 tahun. Masa iya manggil orang seusia anak kita"Bapak?" Kalau kita panggil "Pak Felix"emangnya usia pak Felix sudah 90 tahun?"  jawab isteri saja kalem dan mantap

Kalau sudah begini naga naganya,saya memilih diam. Seperti kata peribahasa:'Bila anda tidak mau kehilangan wibawa sebagai suami,maka hindarilah berdebat dengan isteri didepan umum".Jadi dalam hal ini berlakulah prinsip :"Silent is gold"

Masih dilanjutkan oleh isteri saya:"Hmm kalau Koko mau panggil :"Pak Felix,silakan saja,tapi saya nggak ah" .Wuih..K.O saya. Pura pura tidak dengar dan sambil bersiul siul mendendangkan lagu:" Kampuang nan jauah di mato..."

Bayangkan Seandainya Saling Komentar Tersebut di Online kan,Pasti Ramai Komentar. Ada yang mendukung saya ,tapi kaum wanita pasti mendukung isteri saya. Maka daripada kalah telak ,saya menghindari debat kusir antara suami isteri secara online,demi untuk menghindari perang badar secara virtual. Akibatnya saya yang akan menanggung rugi,yakni tak disediakan lagi Capucinno setiap subuh hehehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun