Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Setiap Kali Hari Raya Tiba, Sahabat Semakin Berkurang

10 Mei 2021   21:52 Diperbarui: 18 Agustus 2021   09:20 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Takdir Sudah Menjemput Mereka Satu Persatu

Dulu setiap Hari Raya Idul Fitri tiba,walaupun kami non Muslim,tapi termasuk yang paling sibuk berkunjung kerumah para sahabat kami,bukan hanya yang ada di kota kami domisili tapi juga berkunjung keberbagai kota,hingga ke kampung kampung. Rasanya senang banget punya begitu banyak sahabat dari berbagai suku bangsa dan latar belakang, 

Tapi belakangan ini, setiap tahun semakin berkurang orang yang dapat kami kunjungi atau kami ucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri,karena satu persatu sudah dijemput takdirnya. 

Gambar di atas menunjukkan kami bersama dengan Pak Bimo Prakoso,yang biasanya aktif  sebagai prototol Paskibrata di Istana  Kami sempat mengujungi ,makam Cut Nyak Dhien di Sumedang dan itulah pertemuan kami yang terakhir kalinya. 

Sehari sebelum dijemput takdirnya, pak Bimo alm.masih menelpon saya. Dan sama sekali tidak ada firasat,bahwa dalam usia yang relatif masih mudah  tkdir sudah menjemputnya. 

ket.foto: bersama pak I Wayan Parnatha di Free Port../dokumentasi pribadi/ yang bertopi adalah pak I Wayan Parnata alm
ket.foto: bersama pak I Wayan Parnatha di Free Port../dokumentasi pribadi/ yang bertopi adalah pak I Wayan Parnata alm
Begitu juga dengan sahabat kami pak I Wayan Parnatha, terakhir kalinya kami diajak jalan jalan ke Free port dan kemudian makan malam bersama dengan kepiting Papua. Bahkan kami berjanji akan bertemu lagi dan kami akan diiundang makan Udang Selingkuh,yang tubuhnya udang,tapi capiknya kepiting.

Tetapi manusia boleh bikin janji,namun keputusan akhir ada ditangan Tuhan. Dua hari sebelum dipanggil Tuhan,kami masih saling menelpon dan setelah itu pak Wayan pergi untuk selama lamanya

ket.foto: bersama kol.Jamaris Jamaan alm. foto kenangan terakhir
ket.foto: bersama kol.Jamaris Jamaan alm. foto kenangan terakhir
Setiap kali Hari Raya Idul Fitri tiba,entah mengapa,kenangan tentang sahabat kami ,yang satu persatu sudah berangkat ke "Tanah Terjanji" tidak terhindarkan.

Semakin saya mencoba melupakan,semakin kental bayangannya menjelma dalam hati. Yang kalau saya tuliskan semuanya,akan merupakan  sebuah album kesedihan. 

Ada pak Sugiri ,yang pernah menjadi Kakanwil Deparpostel dan sewaktu pensiun ,pulang kampung ke Depok. Terakhir kali kami ketemu di Jakarta dan sempat makan bersama di rumah makan Padang ,Ternyata itulah perjumpaan kami yang terakhir.

Peristiwa demi peristiwa,semakin menambah pencerahan dalam diri saya,akan arti dan makna Takdir. Bahwa hidup itu tidak dapat ditakar secara sistimatik,kapan waktunya orang harus meninggalkan dunia ini untuk selama lamanya. Tak ada makluk di dunia ini yang dapat menolak takdir

Renungan di malam hari jelang tidur

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun