Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lamak di Awak Katuju di Urang

6 Mei 2021   16:09 Diperbarui: 6 Mei 2021   16:53 2289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: idntimes.com

Hidup Bertenggang Rasa

"Lamak di Awak Katuju di Urang" .Lamak artinya: enak atau menyenangkan. Misalnya digunakan dalam kalimat :" Onde mande lamak bana masakan Uni ko" yang dapat diartikan :"Wah,enak benar masakan mbak ini".

Sedangkan kata :"awak" sebagai kata ganti :"saya" ,yang dapat bersifat tunggal ,tapi boleh juga digunakan sebagai kata pengganti kita .Misalnya :" Ala siang hari ko mah,makan awak lai ",yang berarti :"Hari sudah siang yuk kita makan "

"Katuju" adalah "setuju,berkenan atau disukai " Jadi secara bebas filosofi :"Lamak di Awak Katuju di Urang " dapat dimaknai berarti :"bertenggang rasa" Kita senang ,orang lain juga senang.

Kembali ke Judul

Makna dari kalimat :"Lamak di Awak katuju di urang " ini dapat disejajarkan dengan kalimat:"Tepo seliro",walaupun mungkin tidak seratus persen sama,karena istilah :"tepo seliro"lebih banyak digunakan dalam masyarakat Jawa,sehingga saya tidak dapat menguraikan secara lebih rinci.

Filosofi ini sangat bermanfaat untuk dijadikan pedoman dalam hidup bermasyarakat. Karena dalam perjalanan hidup,kita tidak mungkin memilih hidup dalam lingkugan yang seratus persen sama budaya dan tradisinya. Sehingga tidak dapat dihindari lagi,apa yang kita anggap baik atau dalam komunitas kita merupakan hal yang biasa,tapi bagi orang lain ,akan terasa mengusik,bahkan menyakitkan mereka. 

Baik karena penggunaan kosa kata yang boleh jadi berbeda artinya antara bahasa daerah kita dengan bahasa daerah orang lain. Misalnya kosa kata:"galak" kalau dalam bahasa Indonesia adalah :"Pemarah",tapi dalam bahasa Padang,justru artinya adalah :"ketawa" .Kata "Tukang cilok" bagai masyarakat Sunda berarti menjual sejenis makanan,sedangkan di Padang :"Tukang Cilok" merupakan penghinaan,karena berarti :"maling "atau : pencuri"

Berpedoman Pada Bahasa Nasional

Karena begitu banyaknya celah yang dapat menimbulkan konflik pribadi,hanya karena perbedaan arti kata,maka jalan terbaik adalah mengedepankan hidup bertenggang rasa atau "lamak di awak,katuju di urang" dengan jalan berpedoman pada bahasa Nasional kita,yakni bahasa Indonesia. Karena menjaga hubungan baik,dibutuhkan waktu bertahun tahun,tapi salah ucap satu kata saja,dapat menyebabkan jalinan persahabatan yang telah dirawat dengan susah payah akan berakhir dengan menyedihkan. 

Pengunanan kosa kata bahasa Indonesia ,juga memiliki tatanannya. Ada jejang dimana kita dapat menggunakan sebuah kata ganti .Satu contoh yang seringkali terjadi ,yakni menggunakan kata :"kalian " kepada orang yang lebih tua,maka hubungan akan terputus pada detik itu juga.Orang yang disebut dengan kata :"kalian"akan merasa diremehkan  dan yang yang mengucapkan akan dianggap bukan kurang sopan,tapi kurang ajar.Apalagi kalau ditujukan kepada calon mertua, diyakini seratus persen,lamaran akan ditolak dan orang tua kita dianggap tidak tahu mendidik anak akan sopan santun.Karena dalam kata :"Kalian " tersirat bahwa yang mengucapkan menempatkan lawan bicaranya setingkat berada dibawahnya.Kalau seorang guru atau atasan menggunakan kata :"kalian "terhadap murid atau bawahannya tentu saja bisa diterima ,atau dalam pergaulan antar sesama ABG. juga tidak masalah.Tapi bila diucapkan terhadap audience atau pembaca kita yang terdiri dari berbagai kalangan,bahkan mungkin orang tua orang tua kita sendiri yang berada diantaranya,gimana rasanya?

Tapi tentu saja terpulang kepada kepribadian masing masing. Boleh jadi di era mileneal ini hal ini sudah tidak berlaku lagi ?

Semoga tulisan ini ada manfaatnya

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun