Untuk mana saya ceritakan disini secara ringkat.  Pertama ,jangan pikir para pemuda yang bekerja cuci mobil disini adalah anak muda yang tidak sekolah. Karena rata rata mereka  lulusan sarjana. Tapi karena sangat sulit mencari lowongan pekerjaan yang gajinya bisa mencukupi kebutuhan hidup,maka mereka memilih menjadi pekerja cuci mobil. "Kami semuanya perantau pak. .Kalau tidak kerja mau makan apa?" Dan karena salah seorang berasal dari Sumatera Barat,maka pembicaraan kami menjadi lancar.
Tapi karena pembicaraan kami dalam bahasa Padang,maka daripada saya ulang menerjemahkannya,maka saya langsung saja tulis dalam bahasa Indonesia .
- satu pompa air bekas, merk :"Sanyo " yang dibelinya seharga 600 ribuan.
- satu vacuum cleaner bekas ,seharga  500 ribu rupiah.
- Selang sepanjang 20 meter yang dibelinya dengan harga 200 ribuanÂ
- Kelengkapan lain lain dan sebuah kios kecil ,yang membutuhkan dana sekitar 800 ribu rupiah
"Alhamdulilah Om,minggu pertama ,hasil cuci mobil lebih dari 1,5 juta rupiah. Itu sudah keluar untuk gaji 2 orang temannya,yang ikut membantu mencuci kendaraan .Dalam sebulan awak mendapatkan hasil bersih sekitar 5 juta rupiah ,sudah dicadangkan untuk pembelian kelengkapan,bila nanti rusak. Â Saat kendaraan sudah selesai dicuci, Sofyan menutup pembicaraan:" Kalau hidup dirantau mau gengsi gengsian,mana bisa hidup Om.yang penting halal"
Cuplikan kisah hidup ini,bukan satu satunya.Tapi tidak mungkin semuanya ditulis disini. Setidaknya melalui secuil kisah hidup ini ,diharapkan menjadi motivasi bagi para Sarjana kita yang selama ini,masih asyik main gim,ketimbang menciptakan lapangan kerja sendiri,seperti Sofyan.
Cucu cucu kami disini,sejak SMP sudah mulai kerja paruh waktu dan terus berlanjut hingga kuliah. Begitu selesai kuliah mereka pasti akan dapat pekerjaan,karena sudah dipersiapkan sejak sedini mungkin.Â
Tjiptadinata Effendi