Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukti Kesetiaan, Satu Kubur Berdua

4 April 2021   20:25 Diperbarui: 4 April 2021   21:03 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kenangan orang tua saya bersama keluarga.semua yang tampak di foto,orangnya sudah alm./dokumentasi pribadi

Ceng Beng yang ditulis Qing Ming, sudah menjadi budaya, bukan hanya di negeri asalnya Tiongkok, tapi juga sudah mendarah daging dalam diri orang Tionghoa perantauan, termasuk di Indonesia. 

Sebelum tanggal 5 April, setiap tahunnya, seluruh anggota keluarga menyempatkan diri untuk pulang kampung guna berziarah ke makam leluhur. Membersihkan kuburan yang di Kota Padang disebut dengan istilah "merambah". Maksudnya merambah adalah membersihkan dari rumputan dan tanaman liar yang tumbuh di makam dan sekelilingnya.

Makam Sian Kong

Istilah makam "sian kong" ini dimaksudkan adalah dalam satu kuburan, diisi oleh pasangan suami istri. Jadi bila salah satu dari pasangan suami istri meninggal dunia, maka liang lahat,sudah dipersiapkan untuk dua orang. 

Bagi yang sudah pernah membaca kisah San Pek Eng Tai, mungkin lebih mudah mendapatkan gambaran bahwa kesetiaan terhadap pasangan hidup bukan hanya ketika masih hidup, tapi juga setelah salah satu pasangan sudah meninggal.

Legenda ini, dulu merupakan legenda yang paling trend,dari mulai anak anak ,hingga orang tua,pasti sudah membacanya berulang ulang kali.Karena kisah percintaan yang dituangkan,pada masa itu sungguh merupakan gambaran dari kisah cinta sejati dari sepasang anak manusia.

Dijadikan Tolak Ukur Kesetiaan Antara Suami Isteri

Hal ini terpulang pada pasangan masing-masing,karena bila keduanya sudah berikrar untuk sehidup dan semati, serta bersedia dimakamkan bersama,maka harus ditepati. Karena sekali mengiyakan, maka berarti ia tidak lagi boleh menikah. 

Jadi kalau pasangan masih memikirkan untuk menikah lagi,maka akan menolak untuk dipersiapkan kuburan disamping pasangan hidupnya. Dan walaupun tidak ada larangan, tapi bilamana hal ini terjadi, menunjukkan bahwa selama hidup pasangan ini tidak akur dan akan meninggalkan stigma yang negatif bagi pasangan yang menolak untuk di "sian kong" kan dalam liang lahat. Tapi itu cerita lama,karena sejak belakangan ini karena perjalaanan waktu,telah terjadi perubahan dalam memaknai arti perayaan Ceng Beng. 

Tulisan diatas adalah gambaran ketika saya masih muda dan hal itu sudah berlalu lebih dari setengah abad  yang lalu Kemajuan zaman ,disertai masuknya budaya barat ikut  mempengaruhi  para warga Tionghoa di Indonesia.Apalagi rata rata generasi muda ,sudah beralih dari Konghucu ke berbagai agama lainnya,maka tradisi ;'sian kong".hanya tinggal cerita nostalgia saja.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun