Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyelesaikan Konflik Bathin Bukan Perkara Mudah

13 Maret 2021   08:53 Diperbarui: 13 Maret 2021   09:24 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: 123rf.com

Butuh Introspeksi Diri Mendalam

Kalau urusan konflik dengan orang lain,agaknya tidak perlu berselancar di google,karena setiap orang pasti tahu apa artinya konflik,yakni apa yang dilakukan orang lain terhadap diri kita berlawanan dengan apa yang diharapkan. Bahkan tetangga punya kebiasaan jelek memutar musik dengan volume maksimal,walaupun dilakukan dirumahnya sendiri, tetap saja dapat menjadi gangguan bagi kenyamanan kita Dan bila sudah disampaikan secara santun,tetangga bersikap cuek monyet,maka kita akan berang dan mengeluarkan semua nama nama hewan yang ada dalam ingatan kita. Maka konflik sudah tak terhindarkan lagi,bahkan tidak tertutup kemungkinan terjadi konflik frontal secara phisik

Konflik Bathin

Tapi orang yang tampaknya hidup damai dan tidak pernah cekcok atau bertengkar dengan tetangga ,belum tentu tidak mengalami konflik dalam kehidupannya.Tapi beda ruang ,yakn konflik dengan dirinya sendiri. Hasrat hati yang begitu mengebu gebu,menyebabkan orang termotivasi untuk menghalalkan segala cara ,demi mencapai hasrat hatinya. Namun bila tindakan yang akan dilakukan adalah sesuatu yang tidak benar,maka akal budi dan hati nuraninya akan menegur. Maka terjadilah "internal conflict" ,yakni pertentangan antara hasrat hati dan akal budi . Hal inilah yang sangat penting untuk diselesaikan secara tuntas secepatnya

Dalam perjalanan hidup ini ada begitu banyak hal yang terjadi, tidak sesuai dengan harapan kita. Dapat disebabkan oleh faktor eksternal seperti perbedaan pandangan hidup dengan tentangga atau dengan teman sekantor,tapi tidak tertutup kemungkinan akibat konflik bathin sendiri..Setiap orang berharap yang terbaik bagi dirinya, tidak jarang yang terjadi justru bertolak belakang dengan apa yang diharapkan. Yang bilamana tidak disikapi secara bijak, akan memojokkan diri kita menjadi stress berkepanjangan Karena apa yang terjadi yang tidak dapat kita kontrol, bahkan tak urung setiap hari, kemungkinan kita akan bertemu dengan masalah masalah hidup yang tidak sesuai, bahkan mungkin saja bertolak belakang dengan falsafah hidup yang kita yakini.

Mulai dari hal-hal yang tampak sepele, yang bila dibiarkan berlarut, akan semakin meruyak dalam diri kita. Contoh sangat sederhana, pagi-pagi kita tersentak bangun, karena musik tetangga yang hiruk pikuk. Mendadak sontak kita naik darah dan tanpa perlu inspirasi, lahirlah sumpah serapah dalam rangkaian kata-kata yang tidak terdapat dalam kamus manapun. 

Tidak Mudah Berdamai Dengan Diri Sendiri 

Berdamai dengan diri berarti terbuka untuk toleransi Jauh dari rasa iri Jauh dari prasangka buruk terhadap orang lain Orang harus mampu berdamai dengan dirinya sendiri, sebelum mampu berdamai dengan orang lain. Berdamai dengan diri sendiri bermakna,memahami bahwa:

  1. dunia bukan milik kita sendiri
  2. kita berhak mengatur cara hidup orang lain,yang dapat dilakukan adalah mengontrol diri sendiri
  3. apa yang tidak kita sukai belum tentu sesuatu yang tidak baik,boleh jadi hanya karena perbedaan tradisi
  4. bahwa setiap orang berhak untuk berbeda dengan diri kita

Contoh aktual yang terjadi di Australia, misalnya tetangga duduk diteras rumahnya dengan pakaian sangat minim.Dan kita tidak suka menyaksikannya,karena menurut adat istiadat kita merupakan hal yang tidak sopan. Tapi itu,kata kita,sedangkan bagi mereka,dirumah sendiri,mereka berhak mau berpakaian atau tidak . Kalau kita tidak suka melihat,bukan tetangga yang ditegor,tapi kita yang mengalihkan pandangan mata kearah lain

Menerima berbagai perbedaan dengan hati yang tulus,bukanlah berarti kita kehilangan jati diri, melainkan menerima, bahwa orang lain berhak berbeda dengan kita. Dengan jalan demikian,kita dapat memininalkan potensi konflik dalam diri kita,baik yang berasal dari faktor eksternal,maupun yang penyebabnya adalah faktor internal 

Sebuah renungan di akhir pekan

Tjiptadinata  Effendi

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun