Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel Kehidupan ( Bagian ke 3)

24 Februari 2021   19:07 Diperbarui: 25 Februari 2021   09:47 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar : dokumentasi pribadi

Menghadapi Godaan Mampukah Edy Melaluinya?

Ia tidak tahu persis, apakah ia tertidur saking kelelahan ataukah tadi dirinya tak sadar diri,dikarenakan lututnya yang luka cukup dalam terlalu banyak mengeluarkan darah. Antara sadar dan tidak,sayup sayup telinganya mendengarkan suara tangisan Tiba tiba ia sadar ,bahwa yang menangis adalah wanita yang paling dicintainya ,yang disertai suara putranya. Ia membuka matanya dan menyaksikan isterinya menangis dan 2 tetes air mata membasahi wajahnya. Edy langsung mencoba duduk ,namun pandangannya kembali nanar dan sempoyongan.. Dengan dibantu istrinya,akhirnya Edy mampu duduk . Leni memberikan air hangat yang masih tersisa dalam termos. Setelah mereguk air hangat,tampak wajah Edy yang tadinya pucat pasi kini sudah mulai segar .

Menyaksikan orang yang dicintainya sudah sadar,Leni memeluknya dengan penuh rasa syukur. Begitu juga Mardi,langsung memeluknya dan berkata lirih: "Papa,jangan sakit lagi ya pa.." .Dan Edy mencoba tersenyum sambil memeluk putranya. Mereka bertiga saling berpelukan

Sudah Waktunya Bekerja

Perlahan lahan Edy bangkit dan menengok kebawah dan berkata :"Puji Tuhan,air sudah susut" Sayang, papa mau turun untuk beres bereskan bekas banjir ya.Ntar lagi pelanggan kita untuk kelapa parut datang dan kita belum siap. "

"Hati hati ya pa " pesan Leni Dan Edy dengan hati hati turun kebawah. Karena sudah terbiasa menghadapi banjir,maka Edy sama sekali tidak kaget menyaksikan lantai kedai merangkap tempat tinggal mereka,tak ubahnya bagaikan kubangan kerbau . Dengan sangat hati hati ia berjalan ke sumur untuk menimba air. Begitu ia melihat kedalam sumur.,tampai 2 ekor bangkai tikus dan seekor bangkai kucing yang sudah mengembung. Hal inipun tidak membuat Edy kaget,karena sudah merupakan pekerjaan rutin baginya,bila gubuknya terendam air.

Mengangkat bangkai tikus dan kucing dan memasukkan kedalam kantong. Lalu dibawanya keluar untuk dibuang tong sampah umum.Kemudian bergegas masuk dan melanjutkan menguras air sumur hingga kering,agar terbit air yang baru .Karena untuk memasak air minum. air sumur ini disaring terlebih dulu sedangkan untuk mandi ,mereka gunakan air sumur secara langsung.

Bersyukur Alat Parut  Kelapa Tidak Ikut Terendam Banjir

Sejak tahu bahwa kedai yang merangkap tempat tinggalnya sering banjir,Edy menempatkan alat untuk bekerjanya ditempat yang aman.Untuk biaya parut satu buah kelapa,Edy mendapatkan upah 5 rupiah. Tapi pagi ini hatinya ragu, apakah ada yang mau datang ke pasar becek ini untuk membeli kelapa parut? 

Tetiba ada yang datang ,tampak seorang wanita muda berpakaian perlente dan didampingi pembantu nya ,berdiri didepan kedai mereka dan berkata:' Koh,bisa sediakan kelapa parut 10 buah kelapa?" Kuatir salah dengar,maka Edy ,bertanya:"Maaf ,berapa buah kelapa yang mau diparut Nci ?" Karena selama ini yang pesan,hanya satu atau dua butir kelapa saja,

" 10 buah Koh,tapi saya mau sekarang bisa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun