Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Novel Kehidupan (Bagian ke 9)

21 April 2021   19:40 Diperbarui: 21 April 2021   19:48 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi 

Catatan Pribadi Tentang Wanita Yang Selama Lebih Dari Setengah Abad Mendampingi Saya

Bercerita tentang Kartini, tentu saja bercerita tentang seorang wanita.  Kisah hidup dan perjuangan Kartini, sudah diulas ratusan bahkan mungkin ribuan kali,sehingga rata rata orang Indonesia sudah mengetahui dengan pernak pernik kehidupan Kartini. Dan dalam hidup seseorang,pasti ada sesosok wanita yang dinobatkan didalam hati sebagai :"Kartini" .Tentu saja tidak terlepas dari  perjuangan hidupnya sebagai seorang wanita,yang patut menjadi contoh teladan. Wanita yang menghabiskan hari nya hanya dengan gossip dan chatting chatingan tanpa tujuan yang jelas,tentu saja tidak dapat dikategorikan sebagai "Kartini" 

Wanita yang pertama mengisi hidup saya dengan contoh teladan adalah ibu saya sendiri. Dengan penghasilan ayah saya sebagai Kusir Bendi,ibu saya harus mampu mempersiapkan makanan untuk total 9 orang kami bersaudara ,yang bila ditambah dengan ayah saya dan ibu ,total menjadi 11 orang. Sesungguhnya kami total bersaudara adalah 11 orang,tapi dua orang adik saya meninggal sewaktu masih kecil. Saya masih ingat dan terbayang,saat adik saya terbaring sakit dan tidak ada uang untuk biaya berobat ,sehingga hanya digosok minyak kayu putih dan ditempelin daun daunan. Ketiadaan obat obatan dan kekurangan gizi,menyebabkan kedua orang adik saya yang waktu itu masih kecil,tidak mampu bertahan. Saya masih terbayang ibu saya meratap dan serasa menyayat hati. Tapi yang sudah terjadi tidak dapat diubah lagi. 

Ibu Makan Kerak Demi Anak Anaknya Bisa Makan Nasi

Kalau diceritakan semuanya tentang ibu saya,tentu terlalu panjang. Maka saya ceritakan hanya satu hal saja,yakni ibu saya makan kerak setiap hari,agar anak anaknya bisa makan nasi.  Saya heran,mengapa setiap kali makan malam,ibu tidak pernah mau duduk makan bersama sama. Dan bila semua sudah makan,ibu duduk makan di dapur dan yang dimakan ternyata adalah kerak nasi yang diambil dari periuk nasi yang sudah direndam . Sebagai"sayurnya" adalah kelapa parut satu sendok dan satu butir cabe merah.

Setelah Menikah,maka Wanita Yang saya nobatkan dalam hati sebagai :"Kartini" adalah wanita yang dengan setia mendampingi saya hidup melarat selama bertahun tahun. Yang setiap hari pukul 03.00 dinihari,sambil membawa anak kami yang pada waktu itu baru satu orang dan berusia belum genap 4 tahun,ke stasiun kereta api .Dari sini naik kereta api ke Pariaman untuk membeli kelapa,agar dapat saya jual sebagai kelapa parut

Wanita ini juga, saat saya terpuruk,karena perusahaan bangkrut ditipu mitra dagang,dengan ikhlas wanita yang resmi menjadi isteri saya sejak 1 Januari 1965 ini,mengambil alih kemudi rumah tangga dan menjadi Sopir antar jemput.

Saat saya terbaring sakit berbulan bulan,dengan setia mendampingi saya siang malam  dan tidak pernah sekalipun  mengeluh. Kata kata yang paling menghibur dan memberikan kekuatan bagi saya disaat sedang terpuruk ,adalah :" Satu satunya laki laki yang saya cintai dunia akhirat adalah diri Koko" kata wanita yang bernama Roselina ini ,yang panggilan kesayangan dari saya adalah :"Lin"

Dan saat saya menjadi orang tahanan,juga karena dikhinati sahabat baik, dengan setia wanita yang saya panggil Lin ini,selalu hadir mengunjungi dan menghibur saya dan meneduhkan hati saya yang terluka dikhianati sahabat baik saya. Karena itu bila ada yang bertanya,siapa sosok wanita yang menjadi Kartini dalam hati saya ,maka dengan mantap saya jawab namanya Lin. Wanita yang telah dengan setia mendampingi saya  dalam suka dan dalam duka serta dalam untung maupun malang sejak 56 tahun lalu.....

Apakah tidak malu memuji muji isteri sendiri? Bagi saya pribadi ,hal yang memalukan adalah memuji muji isteri orang lain dan menjelek jelekkan isteri sendiri,bukankah begitu ? 

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun