Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Biarkan Rasa Syukur Berubah Jadi Takabur

27 November 2020   04:57 Diperbarui: 27 November 2020   05:16 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: gettyimage.com

Sehebat Apapun Diri Suatu Waktu Kita Pasti Butuh Bantuan Orang

Bila kita hidup dalam keberuntungan, tentu saja kita boleh bergembira ria. Seperti lagu anak anak:"Disini senang,disana senang dimana mana hatiku senang.. trala lala lala ..." Hidup serasa berada di Taman Firdaus. Rumah indah, ada taman bunga dan buahan yang ranum dan setiap saat dapat dipetik untuk dinikmati.  Lapar? 

Tinggal telepon kesalah satu restoran mewah dan dalam waktu kurang dari satu jam,pesanan sudah diantarkan di depan mata kita. 

Ada urusan surat menyurat? No problem at all. Ada uang,semuanya beres. Tidak perlu ikut antri, tapi petugas bisa ditelepon datang ke rumah. Bahkan slip jari juga bisa diambil sambil duduk manis nonton tv dirumah. Bukan kita yang sowan pada pejabat,tapi sebaliknya pejabat yang datang sowan kerumah kita

Mau keluar negeri? Wuih,itu cuma urusan kecil . Beli mobil? juga gampang ,semudah membalik telapak tangan. 

Rasa Syukur Bertransformasi Menjadi Takabur

Segala kemudahan dan kelimpahan yang diterima,yang awalnya menghadirkan rasa syukur yang mendalam, secara tanpa sadar berubah ujud. 

Bertransformasi menjadi takabur. Merasa diri orang paling hebat,paling pintar, paling kaya dan paling benar. Sikap mental yang  awalnya ,sarat dengan rasa peduli pada orang lain yang sedang menderita,berubah ujud menjadi sikap masa bodoh. 

Bertolak belakang dengan ulat kepompong yang berubah ujud menjadi seekor kupu kupu cantik, sebaliknya diri kita dari sosok yang penuh welas asih,karena pernah merasakan betapa pahitnya hidup dalam penderitaan dan kemiskinan,kini berubah menjadi sikap tidak peduli dan  dibelenggu oleh rasa arogan yang menjajah diri.

Suatu Waktu Kita Butuh Bantuan Orang Lain

Tidak selamanya uang dan kekuasaan dapat dimanfaatkan untuk melindungi diri kita. Suatu waktu, ada kalanya uang tak berarti apa apa . Misalnya saat kita terbaring dijalan raya dan tak mampu bergerak, bila tidak ada orang yang mau menolong kita. Atau tiba tiba saja, kita pusing dan terjatuh  ditempat sepi,kita akan mati disana,bila tidak ada orang yang mau menolong kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun