Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengubah Rasa Sakit Hati Menjadi Rasa Syukur

2 Oktober 2020   04:24 Diperbarui: 2 Oktober 2020   04:33 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hidup dalam damai dan kelegaan ,sungguh menghadirkan rasa syukur mendalam/dokumentasi pribadi

Setiap Orang Pasti Pernah Terluka Hatinya

Entah orang baik ataupun orang jahat,kaya miskin, pintar atau bahkan tidak pernah mengejam pendidikan di sekolah,pasti pernah merasakan hatinya terluka. Kecuali orang yang mengalami mati rasa atau mengalami gangguan kejiwaan. 

Hati yang terluka,secara umum disebut juga "Sakit Hati" ,yang tentu berbeda dengan "penyakit hati" secara phisik .Antara rasa sakit hati dan rasa bahagia ,adalah hal yang saling bertolak belakang.Tapi ada kesamaan ,yakni tingkatan atau level "rasa " yang dialami.

 Ada rasa sakit hati yang hanya tinggal beberapa saat dan kemudian seiring dengan berbagai aktivitas kita,secara perlahan memudar dan hilang serta membeku dalam alam rasa kita. 

Tetapi ada juga rasa  sakit hati yang  merasuk hingga ke relung relung hati yang terdalam,yang bila tidak segera diatasi akan menyebar tidak hanya mengifeksi seluruh ruang hati,api juga menyebabkan pikiran  dan seluruh daya hidup kita terkontaminasi oleh rasa sakit hati .

Yang semakin hari semakin menguasai seluruh jiwa raga kita .Bila hal ini terus berlanjut,maka selangkah demi selangkah ,dalam tempo singkat melahirkan rasa lain,yakni rasa kebencian yang amat sangat ,serta dendam yang mendalam. Yang akan mengerogoti seluruh hidup ,hingga tak mampu lagi membedakan,mana yang baik dan mana yang salah

Sebuah Renungan

  • Seandainya ,terjadi sebaliknya,bukan diri kita yang jadi korban,tapi justru kita yang menjadi pelakunya,seperti:
  • menghianati orang yang menyayangi diri kita
  • menghancurkan hidup orang yang telah memperlakukan kita sebagai keluarganya
  • memfitnah sahabat baik kita ,hingga masuk penjara
  • menipu mitra bisnis kita untuk memperkaya diri 

Bagaimana Kini Perasaaan Kita? 

  • Mampukah kita menatap mata anak kita ? 
  • Dapatkan kita membangun kebahagiaan diatas penderitaan orang lain yang telah kita hancurkan hidupnya? 
  • Bisakah kita merasakan kedamaian dan kelegaan ?

Bersyukurlah kita hanya korban dan bukan pelaku 

Dengan renungan ini,kita selangkah demi selangkah,mengubah rasa sakit hati yang mendalam,menjadi rasa syukur,bahwa kita tidak pernah menghianati siapapun,serta tidak pernah mengambil apapun dari orang lain,yang bukan hak kita. 

Bersyukur bahwa diri kita bukan Penghianat,sehingga dengan demikian dapat hidup dalam damai dan kelegaan .Menatap mata anak isteri kita dengan hati yang bersih ,walaupun kita jauh dari dapat disebut sempurna

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun