Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akrab dengan Anak hingga Mereka Sudah Berkeluarga?

17 September 2020   20:00 Diperbarui: 18 September 2020   04:23 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ket,foto: bersama anak mantu dan cucu serta mantu cucu/dokpri

Mengapa Tidak?

Setiap orang tua tentu berhak sepenuhnya menentukan cara dan gaya dalam mendidik anak-anak mereka dan tidak seorang pun berhak untuk ikut mencampuri, apalagi mengajari orang lain dalam mendidik anak-anak mereka. 

Ada yang ingin agar anak-anak mereka disiplin hingga merasa perlu mengantung rotan di rumah mereka yang siap dikaryakan untuk mendidik anak-anak mereka. Alasannya, anak-anak harus dihukum untuk menimbulkan efek jera, sehingga tidak lagi berani mengulangi kesalahannya. Bahkan ada yang memanfaatkan ikat pinggangnya agar lebih terasa sakitnya di kulit anak-anak mereka, juga dengan alasan "mengajarkan anak-anak disiplin sejak kecil".

Nah, seperti yang sudah diuraikan di atas, itu hak mutlak pada orang tua masing-masing dan kita tidak perlu kepo ikut campur. Lebih baik kita fokus mendidik anak-anak kita, ketimbang sibuk mengurusi urusan orang lain dalam mendidik anak mereka.

ket.foto: bersama anak mantu cucu/dokpri
ket.foto: bersama anak mantu cucu/dokpri
Sejak dari anak pertama lahir, kami sudah sepakat tidak ada rotan di rumah karena kami akan mendidik anak-anak dengan kasih sayang. Kalau mereka nakal ya tentu dimarahi dengan menasihati mereka. 

Kami didik mereka agar selalu jujur dan tidak mengambil apapun yang bukan milik mereka. Mendidik mereka dengan memberikan contoh teladan, sehingga sejak mereka bisa berbicara hingga kelak mereka dewasa tidak pernah ada satu pun kata-kata kotor keluar dari mulut mereka. 

Bahkan hingga mereka dewasa dan berkeluarga, anak-anak mereka juga tidak pernah mengeluarkan kata-kata tidak senonoh. Karena anak anak lebih mudah berlajar dari apa yang mereka saksikan dan mereka alami, ketimbang mendengarkan orang tua nyiyir pada mereka.

ikut berburu abalone,bersama putra kami/dokpri
ikut berburu abalone,bersama putra kami/dokpri
Kami Bermain Drone dan Menangkap Abalone Bersama

Hingga anak-anak dewasa dan sudah memiliki keluarga sendiri hubungan baik antara kami dan anak-anak tidak terputus. Putra kami yang juga sudah punya mantu, ketika beli Drone khusus datang mengajak saya main Drone. Begitu juga ketika ikut berburu Abalone, saya juga diajak ikut serta. Dan kalau kami kerumah Puteri kami, juga sama halnya. Terkadang kami duduk main bingo ataupun main pingpong bersama-sama. 

Hukum tabur tuai sangat kental terasa dalam hal ini. Mendidik anak dengan rasa kasih sayang, maka ketika anak sudah dewasa, mereka juga akan sangat menyayangi kita. Tidak perlu meminta, mereka sudah memberikan sesuai kemampuan masing-masing. Tidak ada sekat antara kami dan anak-anak cucu kami. 

ket.foto: bersama putri kami ,yang anaknya sudah kuliah/dok pri
ket.foto: bersama putri kami ,yang anaknya sudah kuliah/dok pri
Ketika saya terbaring sakit di rumah sakit di kota Wollongong, putra kami dan cucu kami datang dari Perth. Bahkan putra kami membisikkan, "Papa tidak usah pikir tentang biaya rumah sakit. Semua saya yang akan bereskan."Kalimat yang sungguh membuat saya terharu karena begitu besar rasa kasih sayang anak-anak pada kami. Karena biaya rawat inap selama sebulan di rumah sakit, bisa mencapai 300 juta rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun