Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Prinsip "Kalau Ada yang Gratis, Mengapa Harus Beli?"

15 Agustus 2020   09:31 Diperbarui: 15 Agustus 2020   09:33 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi/roti gratis, masih hangat, tapi hingga sore hari masih menumpuk dimeja

Filosofi Yang Dapat Mendegradasi Mental Generasi Muda Kita 

Prinsip hidup kalau ada yang murah mengapa harus beli yang mahal? Tentu tidak ada salahnya, karena mengandung nasihat agar tidak perlu demi gengsi memboroskan uang untuk membeli barang barang branded. Nah, kalau prinsip "Kalau ada yang gratis, mengapa harus beli?" memiliki makna yang mendua yakni bisa positif tapi bisa juga menjadi negatif.

Dan perlu disikapi dengan arif. Bila filosofi ini ditelan mentah mentah,maka tidak tertutup kemungkinan akan mendegradasi mentalitas generasi muda kita hingga seluruh pikiran hanya tertuju pada kata "gratis". Sehingga melupakan mana yang patut dan mana yang tidak pantas. 

Akibatnya dapat disaksikan, pada kesempatan ada pembagian jatah makanan untuk orang kurang mampu yang sesungguhnya mampu membeli, dengan tanpa punya rasa malu, ikut antrian untuk mendapatkan sesuatu yang gratis . 

Padahal secara spiritual mereka sudah merampas hak orang miskin. Karena itu setiap kali ada pembagian barang gratis, maka dalam waktu singkat habis dan menyebabkan orang yang hidupnya berkekurangan dan sangat membutuhkan, tidak  lagi kebagian. Padahal sesungguhnya diperuntukan bagi mereka.

Dokpri
Dokpri
Berkaca Pada Prinsip Hidup Orang Australia

Sejak masih kecil yang sering didengar adalah bahwa "orang bule itu egois" dan tidak peduli urusan orang lain. Paradigma negatif ini tertanam dalam alam pikiran saya hingga dewasa.  Mata hati saya baru terbuka ketika menyaksikan dengan mata kepala sendiri, betapa begitu banyak ditawarkan roti dan buahan serta makanan gratis, tapi jangankan berebutan,malahan jarang ada yang mau mengambil.

Pada awalnya saya pikir mungkin mereka gensi karena ada minuman kopi gratis hanya dengan melangkah beberapa langkah saja.. Tapi orang "bule" lebih memilih memesan dan bayar  7 dolar untuk secangkir kopi. 

Dokpri
Dokpri
Begitu juga ada roti gratis, tapi malah mereka beli seharga 5 dolar. Padahal yang gratis ada didepan mata. Belakangan baru tahu bahwa bukan karena mereka gengsi, tapi sadar bahwa "roti dan makanan gratis adalah untuk orang miskin" . Hanya saja tidak dituliskan disana demi untuk menjaga perasaan orang miskin yang akan mengambilnya

Mau Bagi Daging Qurban di Australia Repot, Karena merasa mampu maka orang merasa tidak berhak menerimanya Hal ini saya dengan langsung dari teman saya yang adalah pengurus di salah satu Masjid di sini. 

dokpri
dokpri
Begitu juga teman kami di Wollongong, bercerita bahwa mereka mencoba mengaktifkan "dapur umum" untuk membantu memberikan makanan kepada orang yang miskin. Tapi makanan yang mereka masak terpaksa dimakan sendiri karena seharian menunggu yang datang makan hanya satu dua orang saja. Kata nyonya Allison kepada saya " Mau berbuat baik ,ternyata tidak mudah"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun