Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Panggilan Telepon Tengah Malam

20 Juli 2020   05:11 Diperbarui: 4 Juni 2021   05:34 1416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mempertimbangkan Panggilan Telepon Tengah Malam (unsplash/pawel-czerwinski)

 

Perlunya check and re-check Sebelum Menelpon

Pengalaman menerima telpon di tengah malam yang membuat kita kaget mungkin sudah merupakan pengalaman banyak orang.

Kita terbangun karena kaget karena biasanya telpon di tengah malam adalah bersifat emergency. Ada yang salah satu angggota keluarga yang sakit atau sesuatu yang sifatnya sangat mendesak.

Tetapi ketika dengan suara bergetar, kita menjawab telepon, ternyata di jawab dengan suara ketawa dari seberang sana: "Aduh maaf, masih tidur ya, hahahaa... Saya lagi nggak bisa tidur nih, jadi iseng menelpon hehhehe..."

Nah, gimana rasanya? Mau marah rasanya tidak tega, tapi sejujurnya hati kita jadi jengkel.

Baca juga : Kritik Sastra Puisi "Suatu Malam Ketika Aku Menelponmu"

Apalagi bilamana yang menelpon pakai video call lagi. Kalau cuma sekali dua kali, ya wajarlah, orang tidak tahu bahwa ada perbedaan waktu antara Indonesia dan luar negeri.

Tapi kalau telpon dari orang yang sama, kelak masih susul menyusul, maka suara ketawa yang mustinya menyenangkan hati kita malah kini berubah menjadi tidak nyaman di dengar. 

Atau ada telpon berulang kali berdering, tapi karena kita lagi mandi, maka tidak bisa langsung menjawab. Tapi karena telpon terus berdering berulang kali, maka perasaan kita jadi tidak enak dan berpikir, "Jangan-jangan ada yang emergency". 

Maka buru buru pakai handuk, walaupun tubuh masih penuh dengan sabun langsung menjawab telpon, tapi jawabanya diterima adalah suara ketawa yang menanyakan: "Apa kabar?" Rasanya gimana yaa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun