Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cinta Monyet Bertransformasi Jadi Cinta Abadi

4 Juli 2020   09:46 Diperbarui: 4 Juli 2020   09:40 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkinkah?

Dalam berbagai kisah cinta yang bertebaran di berbagai media, sejak zaman saya masih mengenakan celana monyet, sudah  ada stigma bahwa "cinta monyet" hanyalah sekedar cinta sambil lewat dan setelah itu hanya tersisa kenangan masa lalu. Rasanya  saya belum pernah mendengar bahwa cinta monyet bisa berlanjut dengan mengucapkan janji pernikahan. 

Tapi hidup ini memang penuh dengan misteri, yang terkadang tidak dapat dijangkau oleh nalar manusia. Karena misteri hidup jauh melampaui segala kemampuan imajinasi manusia.

Mengapa Monyet yang Dijadikan Kambing Hitam?

Padahal menurut berbagai literasi, justru hewan yang bernama monyet adalah  makluk yang monogami. Bahkan ketika pasangannya mati, yang masih hidup tidak mau mencari penggantinya. Tapi mengapa monyet dijadikan kambing hitam bagi cinta muda mudi yang biasanya hanya sekejap dan kemudian terputus? Entahlah, tidak ada referensi menunjukkan sebab musababnya.

Jangankan monyet, bahkan seekor babi, menurut salah seorang teman saya di NTT, ketika suatu waktu babi betina dipotong dalam perayaan Natal, maka yang jantan stress dan tidak mau makan. Selang beberapa hari kemudian, sambil meraung, berlari sekencang kencangnya dan menabrakkan kepalanya ke tiang rumah hingga pecah dengan disaksikan oleh pemiliknya tanpa dapat mencegah. Babi ini mati secara mengerikan dengan kepala pecah.

Kembali ke Judul

Ketika saya sudah duduk di bangku kelas 2 SMA don Bosco di Padang, untuk pertama kalinya saya bertemu seorang siswi yang bernama Lina Sejak pertemuan pertama ini terus berlanjut menjadi akrab. Karena pada waktu itu belum ada perangkat komunikasi yang bernama HP, maka kami saling berkirim surat dengan cara melipat surat tersebut dan memasukkan ke dalam lonceng sepeda yang pada waktu itu bisa dibuka pasang. Setiap pulang dari sekolah, masing-masing kami membuka tutup  lonceng sepeda dan menemukan surat di dalamnya.

Ketika saya lulus ujian di kelas III, sementara Lina masih harus melanjutkan setahun lagi, tetapi setahun berpisah tidak memudarkan hubungan kami, dan kemudian ketika Lina sudah lulus, maka kami berdua kerja di PT HANICO yang berkantor di jalan Batang Arau untuk mengumpulkan uang membayar uang kuliah. Kelak, kami sama-sama kuliah di IKIP Padang. Lina mengambil jurusan Exacta dan saya mengambil jurusan bahasa.

Kami Menikah 2 Januari 1965

Dari cinta monyet, kemudian kami menikah pada tanggal 2 Januari 1965 dan kini sudah melalui usia pernikahan  55 tahun dalam suka dan duka. Dikaruniai 2 orang putra dan seorang putri, serta 10 orang cucu. Di usia yang sama sama 77 tahun, setiap hari kami selalu berduaan, makan sepiring berdua dan kalau saya belum makan, istri saya tidak akan makan. Kalau ada undangan untuk satu orang, maka pasti kami tidak akan hadir, siapapun yang mengundang dan berapa pentingpun acaranya. Karena bagi kami berdua, tidak ada acara yang lebih penting bila kami tidak bisa datang berdua.

Nah, siapa bilang cinta monyet adalah cinta sesaat?

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun