Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Nasib Tak Kunjung Berubah, Apa yang Harus Dilakukan?

25 Juni 2020   12:10 Diperbarui: 25 Juni 2020   13:41 1151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: https://name-fame.com/quotes/25-inspiring-quotes-that-can-change-your-life/

Ini Cara Mengatasinya

Sudah kerja keras siang dan malam. Siang hari kerja sebagai karyawan dan setibanya di rumah, di saat orang lain bisa duduk santai bersama keluarga, kita sibuk mencari pekerjaan tambahan demi untuk menutupi kebutuhan hidup. Pokoknya apapun pekerjaan yang halal sudah dilakukan. Namun dari waktu ke waktu, nasib tak kunjung berubah. Semangat yang awalnya masih menggebu-gebu karena berharap setelah kerja keras siang dan malam, hidup akan semakin membaik ternyata bagaikan menemukan jalan buntu. 

Ada yang menasihati, agar di samping kerja keras, jangan lupa untuk berdoa. Karena ada pribahasa mengatakan "Ora et labora" yakni bekerja dan berdoa. Hal ini juga sudah dilakukan tapi hasilnya, nasib bagaikan berjalan di tempat. Hidup gali lubang tutup lubang masih terus menggerogoti semangat hidup. Lama kelamaan, seluruh daya daya hidup sudah mulai meredup. Kalau diibaratkan dengan nyala api, seluruh bahan bakar sudah terbakar jadi abu dan api sudah mulai padam. Hanya menyisakan bara api yang masih menyala redup. Apalagi yang harus dilakukan?

Change Your Mind and Your Life Will be Changed 

Ubahlah cara berpikir kita, maka hidup akan mengalami perubahan. Hal ini bukan dicuplik dari buku bacaan, melainkan merupakan pengalaman hidup pribadi. Pagi saya jualan kelapa parut di pasar, siang hari harus buru-buru mandi dan berangkat untuk mengajar di SMP Pius sebagai guru honorer. Sementara istri juga mengajar. Walaupun semua penghasilan kami digabungkan, tetap saja tidak ada uang yang tersisa karena harus membayar sewa kedai, listrik, air, dan keperluan makan bersama anak kami yang baru satu orang pada waktu itu. 

Bertahun-tahun kami lalui hidup yang bagaikan bernafas dalam lumpur. Lama kelamaan semangat hidup saya menurun dan hampir putus asa. Beruntung bertemu dengan sahabat lama yang sudah sukses yang mengajak saya datang ke kantornya. Selama ini saya tidak berani singgah karena setiap kali mengunjungi teman lama, selalu menghindar dengan berbagai cara yang melukai hati. 

Temukan Titik Balik Kehidupan

Sore hari sehabis mengajar, saya datang ke kantor sahabat saya dan diterima dengan sangat baik. Dari hasil pembicaraan sekitar satu jam, saya bagaikan baru terbangun dari mimpi buruk. Kata sahabat saya, "Yntuk dapat mengubah nasib, harus mau mulai dengan mengubah cara berpikir. Pikirkanlah pekerjaan lain yang memiliki peluang untuk bisa mengubah nasib, Kalau tetap melanjutkan seperti kini, maka percayalah, seumur hidup pak Tjip akan menjadi kuli. Dengan mengubah cara berpikir, maka hidup kita akan berubah. Kalau serius, mulai hari ini, belajarlah tentang kopi, saya siap membantu."

Saya baru tersentak, dengan mengharapkan keuntungan 5 rupiah setiap kelapa, apa yang akan saya dapatkan? Maka sejak saat itu saya bertekad untuk mengubah hidup. Dan bersyukur, istri ikut memberikan dukungan. Setiap sore saya belajar tentang kualitas kopi dan kulit manis dan kemudian  dengan  modal pinjaman, saya ke kampung untuk mulai membeli biji kopi dan kulit manis kepada para petani

Tiga Tahun Kemudian

3 Tahun kemudian saya sudah menjadi seorang pedagang kopi dan kulit manis dan tahun ke 4 saya sudah mulai  mengurus izin sebagai Eksportir. Tahun ke 5, kami sudah pindah dari pasar Tanah Kongsi ke rumah yang kami bangun di jalan kampung Nias I di Padang. Walaupun belum merupakan rumah permanen, tapi sudah milik kami. Selang beberapa tahun kemudian, kami sudah membangun rumah permanen di kompleks perumahan elit di Wisma Indah I, Ulang Karang dan sejak itu nasib kami berubah total. Bahkan kelak ketiga anak kami menyelesaikan studi mereka di luar negeri.Suatu hal yang rasanya tidak masuk akal,bagaimana mungkin seorang guru honorer dan sekaligus penjual kelapa bisa menjadi seorang Pengusaha?Tapi saya sudah membuktikan,bahwa dimana ada kemauan ,maka pasti akan ada jalan.Sesuatu menjadi tidak mungkin,bila kita berpikir :"tidak mungkin"

Catatan: tulisan ini sama sekali bukan untuk pamer pencapaian melainkan sekadar berbagi, bagaimana saya bangun dari mimpi buruk kehidupan dan mampu mengubah nasib.

Dengan penuh rasa syukur, di hari tua kami dapat menikmati hidup layak walaupun jauh dari sebutan kaya.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun