Untuk Pasien Virus Corona
Sejak didera oleh serangan pandemi covid 19 ,yang terkena efek psykologis tidak hanya rakyat biasa,tapi juga mengimbas pada beberapa orang pemimpin negara.Â
Seperti misalnya Presidne Brazil yang bukannya mengeluarkan perintah lockdown untuk menyelamatkan rakyatnya dari penyebaran covid 19 ini,malahan ikut mengambil bagian dalam aksi demo menentang diberlakukan lockdownÂ
Dan tidak hanya sampai disana,malahan Menteri kesehatan yang mendukung diberlakukannya lockdown,justru dipecat, Seakan semuanya ini hanya sebagai panggung sandiwara. Padahal mempertaruhkan jutaan nyawa manusia,
Harapan kita bahwa dalam waktu dekat akan ditemukan vaksin untuk menghentikan penularan Virus Corona,agaknya belum menemukan titik terang. Bahkan semakin hari,menyebabkan orang semakin bingung.Â
Mulai dari aturan yang simpang siur antara boleh dan tidak boleh mudik atau pulang kampung,hingga penggunaan obat obatan. Yang awalnya dipromosikan sebagai obat yang manjur dan terbukti dapat menyembuhkan atau setidaknya mencegah penularan Virus Corona,ternyata kini jadi berubah menjadi berbahaya ,bahkan beracun.Â
Dua bulan lalu, sesungguhnya masalah ini sudah menjadi bahan gunjingan dunia,ketika Presiden AS mempromosikan jenis obat ini sebagai obat mujarab untuk menyembukan virus corona.Tapi kemudian diralat kembali dan mengatakan,bahwa dirinya sudah tidak lagi mengonsumsi obat obatan tersebut. Rasanya seakan minum obat sebagai sebagai sebuah candaan,padahal menyangkut hidup matinya orang banyak
Ternyata Kini Giliran Indonesia
Sebagai orang awam,masyarakat mana mungkin memahami secara mendetail .Apalagi kalau yang mereferensikan adalah orang orang yang dianggap berkompeten dalam hal ini, Tetapi membaca berita bahwa:
- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendesak Indonesia untuk menghentikan penggunaan dua jenis obat malaria untuk mengobati pasien virus corona.Obat yang dimaksudkan antara lain adalah klorokuin dan hidrosiklorokuin, yang batal diuji oleh WHO untuk mengobati pasien COVID-19, karena berisiko menimbulkan gangguan detak jantung pasien dan bisa menyebabkan kematian.Erlina Burhan, dokter yang terlibat dalam menyusun pedoman perawatan virus corona dan merupakan anggota Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), mengonfirmasi larangan dari WHO tersebut.
Semoga  Masalah Ini Ditanggapi Secara SeriusÂ
Kita hanya bisa berharap,semoga pemerintah menanggapi seruan ini secara serius,sehingga jangan sampai menimbulkan efek psikologi yang semakin memperburuk kondisi kesehatan masyarakat Indonesai secara umum .Â