Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Simpatik di Dunia Maya, tapi Cuek dalam Keluarga

3 Maret 2020   07:44 Diperbarui: 3 Maret 2020   07:47 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fenomena Apa Yang Sesungguhnya Sedang Berlangsung?

"Aduh, ikut sedih mbak. Cepat sembuh ya, Mbak. Saya doakan dengan sepenuh hati" atau " Saya ikut terenyuh menyaksikan kondisi mas lewat foto di facebook ini, sungguh. Ingin rasanya saya dapat berbuat sesuatu agar mas cepat sembuh." Kalimat yang sangat menyentuh dari mulai ubun ubun hingga ke ujung jari kaki. Tapi sayangnya, diucapkan bukan untuk suami atau istri yang lagi tergolek sakit, melainkan kepada ''someone" yang merupakan teman akrab di dunia maya.

Dan boleh jadi, yang mendapatkan rasa simpati yang lebih manis dari rasa madu ini,sampai terguguk-guguk, saking terharu. Luar biasa manis dan harmonisnya hubungan persahabatan dengan suami atau istri orang lain di dunia  maya.

Pasangan Hidup Tergolek Dicuekin

Ternyata, apa yang tampaknya sangat indah di dunia maya, belum tentu terjadi dalam kehidupan nyata. Hal yang dirasakan semanis madu bagi teman akrab di dunia maya, ternyata dirasakan bagaikan racun bagi pasangan hidupnya di dunia nyata.  Memang bukan urusan kita.Ngapain kepo urus sesuatu yang bukan urusan kita? 

Keluarga sendiri masih jauh dari sempurna! Benar, tapi apa yang kita baca,kita dengar dan kita saksikan, jangan dibiarkan berlalu, tanpa kita memetik hikmahnya. Agar jangan sampai, tanpa sadar kita juga malah terperosok pada lubang yang sama, yakni  ramah  dan penuh rasa simpati bagi orang lain, tapi cuek terhadap keluarga di depan mata. Bukankah ada tertulis "Belajar sejak dari buaian, hingga ke liang lahat"?

Jangan Merakit Bom Waktu Dalam Keluarga

Bom waktu yang tidak kasat mata, bisa saja berada dalam rumah kita,tanpa kita sadari. Walaupun ledakannya tidak mengeluarkan bunyi yang dahsyat seperti lazimnya bunyi bom meledak, tapi akibat yang ditimbulkan tak kurang dahsyatnya, yakni hancur leburnya kehidupan berumah tangga. Sikap cuek terhadap pasangan hidup, dengan alasan sibuk urusan pekerjaan atau tidak punya waktu serta entah alasan apapun, jangan sampai membenarkan  apa yang sudah keliru dijalani. Ibarat,kalau sadar,bahwa jalan yang ditempuh salah dan menuju ke jurang, maka kita kembali kejalan yang seharusnya.

Begitu juga dalam kehidupan berkeluarga. Ketika istri terbaring sakit, suami cuma berpesan "Ke dokter ya, Ma. kan ada si mbak (maksudnya pembantu rumah tangga) yang bisa diajak. Papa mau buru-buru  ke kantor, banyak pekerjaan." Lalu suami berangkat kerja. Pulang kerja, nanya ke istri "Gimana, Ma, apa tadi kata dokter?"

Sambil jari tangan sibuk memainkan HP, mendengarkan dengan setengah hati,curhati istri tentang sakitnya, sambil sesekali berucap "Hmm ooo begitu ya, Ma.. hmm obatnya diminum ya, Ma" terus selesai. 

Tidak Akan Ada Kebahagiaan Diluar Keluarga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun