Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kejahatan Remaja Tak Terlepas dari Peran Orangtua

25 Februari 2020   07:19 Diperbarui: 25 Februari 2020   07:21 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak yang dibesarkan dalam kasih sayang,kelak akan menjadi manusia yang penuh rasa kasih | Ilustrasi: talkaboutsleep.com

Yang Mendidik Anak Dengan Disiplin Overdosis 

Sejak tempo dulu hingga kini, salah satu kekeliruan orang tua dalam mendidik anak anak adalah dengan menerapkan disiplin lewat tindak kekerasan. Kalau dulu di rumah ada rotan yang dibelah ujungnya, hingga merupakan cambuk yang dapat menyobek kulit. Apalagi bila sang ayah menggunakan ikat pinggang mencambuk anaknya. 

Boleh jadi karena keinginan hati agar anak jadi orang baik dan penuh disiplin diri, tapi ada juga yang melakukan tindak kekerasan terhadap anak hanya karena ingin menunjukan kepada seluruh anggota keluarga bahwa dirinya adalah sosok Kepala Keluarga yang berwibawa. 

Amat jarang orang tua yang memikirkan akan akibat dari tindakan disiplin yang dapat berakibat tertaburnya rasa kebencian dalam diri anak anaknya. Mungkin berpikir inilah cara terbaik dan efektif agar anak patuh akan perintah orang tua.

Akibat Yang Timbul Ketika Anak Menjadi Dewasa

Rasa kebencian anak yang terekam dalam memori menyebabkan bila kelak bila merasa diri sudah cukup kuat, maka anak yang salah didik akan membalas kepada siapa saja sebagai balas dendam yang sudah mendarah daging dalam dirinya. Karena itu, kalau ada remaja melakukan aksi kekerasan yang kualitas kejahatannya mengerikan, tidak sepenuhnya merupakan kesalahan anak. Karena orang tua ikut berperan aktif membentuk kepribadiannya yang tidak berbelas kasih.

Dan bila pada saat itu orang tua baru sadar akan kekeliruannya, maka segala sesuatu sudah terlambat untuk diperbaiki. Satu satunya mungkin hidup di penjara yang dapat memberikan kesadaran pada diri anak atau mungkin sebuah jalan kematian yang dapat menghentikan tindakannya.

Ditulis Berdasarkan Pengalaman Pribadi 

Dalam keluarga saya, total kami bersaudara adalah 11 orang dari seorang ayah yang hanya tamatan Madrasah di  Labuah Silang, salah satu kecamatan di Kabupaten 50 koto, kota Payakumbuh. Tak beda jauh, ibu kami almh. juga hanya tamatan Madrasah. 

Kehidupan yang sulit dan morat marit tidak membuat orang tua kami menjadi garang dan menghajar anak anak dengan keras. Ayah kami sangat tegas, tapi di rumah tidak ada cambuk atau rotan, apalagi ikat pinggang untuk menghajar kami. Sementara ibu kami mendidik kami dengan penuh kasih sayang.

Kelak ketika kami sudah sudah dewasa, bersyukur, tidak ada satupun diantara kami yang melakukan hal hal negatif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun