Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biar Miskin Asal Bahagia, Benarkah?

4 Desember 2019   07:17 Diperbarui: 4 Desember 2019   07:16 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ket.foto : di pasar inilah dulu kami tinggal selama bertahun tahun/dokumentasi pribadi

Pernah Merasakan Arti Miskin yang Sesungguhnya?

Bahwa untuk bisa hidup bahagia,orang tidak harus menunggu menjadi kaya, agaknya dapat diterima oleh semua orang. Sementara itu, orang kaya belum tentu hidupnya bahagia. Walaupun  setiap orang berhak menentukan, arti dan makna bahagia bagi dirinya, tapi tentu ada takaran yang berlaku secara umum. 

Cukup banyak ungkapan yang mengatakan, "Kami miskin, tapi kami hidup berbahagia". Benarkah demikian?

Benar atau tidaknya,tentu tergantung,tentang arti kata :"miskin" yang dimaksudkan. Kalau orang menganggap dirinya miskin hanya karena belum mampu menyaingi tetangga yang beli mobil baru atau jalan jalan keluar negeri, boleh jadi begitu. Tapi bagi yang sudah pernah merasakan sendiri bagaimana rasanya hidup dalam kemelaratan yang sesungguhnya, pasti tidak akan berani mengatakan bahwa "Biar miskin asal bahagia"

tanah-kongsi-naskah-2-5de6faf3097f3633de4cca62.jpg
tanah-kongsi-naskah-2-5de6faf3097f3633de4cca62.jpg

Ket.foto: nostalgia ke kedai dimana dulu kami tinggal./dokumentasi pribadi

Arti Hidup Miskin Yang Pernah Kami Alami

Bagi yang belum pernah merasakan hidup dalam kemiskinan, mungkin renungan dibawah ini dapat menggambarkan, bagaimana mungkin keluarga miskin dapat hidup berbahagia.

  • Tinggal di pasar kumuh
  • kedai merangkap tempat tinggal
  • Ditempat tidur, kecoa dan tikus merayap
  • Anak dan istri sakit ,tidak ada uang untuk biaya berobat
  • Aliran listrik diputus Pln,akibat  menunggak berbulan bulan
  • Demi sebungkus nasi harus berhutang 
  • Sandal jepit putus, tidak ada uang beli gantinya
  •  Seluruh pakaian layak pakai sudah dijual
  • Bila  hujan lebat.air selokan menggenangi seluruh ruangan
  • kami hanya bisa naik keatas meja dan saling berpelukan
  • Anak menangis kelaparan, tapi sungguh tidak ada uang lagi
  • Kejadian ini berlangsung bertahun tahun

Cinta Itu Menyenangkan,Tapi Tidak Mengenyangkan

Kami hidup saling mencintai, tapi cinta itu tidak bisa mengenyangkan.

Cinta saja tidak cukup kuat untuk menyembuhkan anak dan istri, yang lagi tergolek sakit.

Butuh uang untuk beli obat.Tujuh tahun atau 7 x 365 hari,kami sungguh menikmati apa arti sesungguhnya dari hidup miskin

Karena itu, jangan sampai terpancing pada motivasi negative, bahwa dengan mengandalkan cinta semata, dapat menciptakan keluarga yang berbahagia. Kita hidup di alam nyata,bukan dalam khayalan. Ada realita yang mungkin tidak  enak didengar, tapi sebuah fakta tak terbantahkan, bahwa untuk meraih sebuah kebahagiaan, tidak dapat dibangun hanya dengan cinta semata. Kita butuh uang untuk hidup. Tidak harus kaya memang, tapi setidaknya dapat hidup layak, sebagai seorang anak manusia, Yakni tempat tinggal yang nyaman dan hidup yang berkecukupan.

Karena itu,janganlah sampai kita terjerumus akan ungkapan yang mengatakan bahwa :"Biarpun miskin,tapi kami berbahagia" Bangunlah dari mimpi dan bekerja keras untuk mengubah nasib. My destiniy is 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun