Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Takaran Sopan Santun yang Berbeda

11 November 2019   18:14 Diperbarui: 11 November 2019   18:20 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Pixabay/MasashiWakui

Kalau di Indonesia, bila sedang dalam perjalanan, baik dengan menggunakan transportasi kereta api ataupun pesawat, kalau kebetulan duduk bersebelahan dengan sesama orang Indonesia maka secara sopan santun kita akan menyampaikan beberapa pertanyaan sederhana. Misalnya, "Maaf, dari mana, Pak?" 

"Saya dari  Surabaya, kalau bapak dari mana?"

"Kalau saya dari Padang, Pak."

Kemudian kita diam sambil memonitor bahasa tubuh yang dikedepankan "teman" seperjalanan kita. Kalau orangnya langsung diam dan mengalihkan pandangan keluar jendela atau tampak mulai sibuk membaca, maka hal ini merupakan sinyal bahwa yang bersangkutan tidak mau diganggu dengan pertanyaan berikut. Maka jalan paling baik adalah sama-sama menyibukan diri dengan urusan masing-masing.

Tetapi bila yang bersangkutan tampak antusias dengan cara masih memandang kita sambil tersenyum, maka pertanyaan berikutnya boleh disusul, misalnya:

  • Lagi tugas atau liburan
  • Oya namanya siapa pak?
  • Dan seterusnya

Beda Negeri, Beda Budaya dan Takaran Kesantunan
Pada awal tinggal di Australia, saya sempat mengalami semacam culture shock. Suatu waktu ada telepon masuk dan kebetulan putri kami sedang tidak bekerja di rumah, maka saya menjawab panggilan telepon tersebut.

Terdengar suara merdu di ujung sana yang memperkenalkan namanya dan kemudian minta waktu beberapa menit untuk menjelaskan paket rumah masa depan. Rasanya tidak tega menolak orang yang minta waktu hanya beberapa menit saja, maka saya bilang, silakan.

Namun ternyata yang maksudnya paket rumah masa depan adalah rencana penguburan. Saya sempat berang, karena di Indonesia sangat tidak sopan menawarkan rencana penguburan kepada orang yang masih hidup. 

Secara sopan saya katakan, nanti akan saya rundingkan dengan istri, dan kemudian mengakhiri pembicaraan yang membuat hati saya tidak nyaman. Begitu telepon ditutup, putri kami pas tiba di rumah. Menyaksikan wajah saya tidak enak dilihat, maka ia bertanya mengapa?

Saya jelaskan bahwa tadi ada gadis yang kurang sopan karena telah berani menawarkan rencana penguburan kepada saya. Kata putri kami, "Papa tidak usah dipikirkan. Hal itu di sini sangat biasa. Kalau papa tidak suka, lain kali bilang saja, "Sorry, papa lagi sibuk".

Saya hanya mengiyakan, tapi sebenarnya masih dongkol rasanya. Kemudian terpikir oleh saya bila saya bilang, saya sibuk, ntar yang menelpon nanya, "Kapan Anda ada waktu?" Maka sejak saat itu bila ada yang menelpon mau menawarkan "rumah masa depan" saya cukup menjawab dengan santun, "Sorry, no english".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun