Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekali Berbohong, Ibarat Porselen yang Sudah Pernah Pecah

19 September 2019   19:48 Diperbarui: 19 September 2019   20:02 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : Twipu.com

Sekali Lancung Keujian Seumur Hidup Orang Tak Percaya

Peribahasa yang terkesan kuno tapi tetap relevan hingga di era terkini, sudah saya hafal sejak masih duduk di bangku Sekolah Rakyat yang kemudian diganti menjadi Sekolah Dasar.

Kelas 3 SR, murid murid sudah diajarkan peribahasa ini dan dijelaskan artinya, yakni "Sekali saja kita berbohong,maka seumur hidup orang tidak lagi akan percaya kepada kita". Walaupun  diajarkan oleh bu guru pada tahun 1952, berarti sudah 67 tahun berlalu, tapi saya masih ingat dengan jelas pesan bu guru saya yang sudah lama almarhum.

Dalam Kehidupan Nyata

Dalam perjalanan hidup, kalau kita mau berbicara jujur, tidak seorangpun manusia yang tidak pernah berbohong, Tapi berbohong di sini, tentu saja maksudnya adalah yang merugikan orang lain apalagi sampai dapat membahayakan kehidupan orang lain. 

Kalau berbohong ketika ditanya "Sudah makan mas ?" dan kita menjawab "Oh sudah bu, barusan saja selesai makan" karena tidak ingin merepotkan nyonya rumah, tentu "bohong bohongan ini" tidak termasuk dalam kriteria berbohong yang dimaksudkan di atas.

Contoh Pengalaman Pribadi

Sewaktu masih tinggal di Padang karena akan melakukan perjalanan ke Jakarta lewat jalan darat, maka kendaraan saya antarkan ke salah satu bengkel yang cukup terkenal untuk diservis dan sekaligus ganti oleh dan pengecekan mesin kendaraan. 

Mengingat saya membawa istri dan ketika anak anak kami yang pada waktu itu masih duduk di SD dan menempuh perjalanan sejauh hampir 1.500 kilometer dalam waktu lebih kurang 30 jam sekali jalan, maka saya menitip kendaraan selama sehari penuh agar dapat diperiksa dengan teliti.

Sore hari, saya datang untuk menjemput kendaraan karena kami akan melakukan perjalanan di malam hari dengan pertimbangan jalan sepi dan dapat mengemudi dengan lebih santai. 

Saya tanyakan kepada Pemilik Bengkel, apakah sudah diperiksa ulang semua kelengkapan kendaraan dan penggantian oli, minyak rem dan gardan? Dijawab dengan mantap, "Semua sudah beres Bos. Teknisi sudah melakukan pengecekan dan saya sudah turun tangan sendiri memeriksa untuk memastikan semua sudah beres. Kita sudah langganan tetap, kami berikan service terbaik Bos."

Kendaraan Mengeluarkan Asap

Dengan perasaan mantap, saya mengemudikan kendaraan dengan didampingi  istri. Sedangkan anak anak duduk di bagian belakang. Mendekati tengah malam, hujan turun sangat lebat.

Maka saya memperlambat kendaraan karena penglihatan terhalang dengan wiper yang bergerak menghapus kaca. Tiba tiba tampak asap mengepul di bagian depan kendaraan. Tentu saja saya kaget karena Sedan Soluna yang saya kemudikan belum setahun kami beli dalam keadaan baru seratus persen apalagi baru saja diservis di bengkel.

Saya pinggirkan kendaraan dan mematikan mesin kendaraan dan menarik rem tangan dan lari keluar kendaran untuk membuka kap kendaraan. Asap hitam tampak memenuhi bagian depan kendaraan disertai bau hangus.

Setelah memastikan tidak ada api yang menyala, saya berlari masuk ke kendaraan dengan pakaian basah kuyup. Lokasi di mana kendaraan terpaksa berhenti, sesungguhnya bukan tempat berhenti yang aman, karena sepi dan jauh dari perkampungan,apalagi hanya berjarak beberapa meter dari kendaraan adalah kuburan umum. Tapi saya sama sekali tidak mengatakan kepada istri dan anak anak,agar mereka tidak merasa terganggu.

Saya kunci kendaraan dan hanya membuka kaca jendela sedikit, agar ada sirkulasi udara. Akibatnya, hujan terus masuk lewat kaca yang terbuka dan membuat tubuh saya menggigil sepanjang malam, walaupun sudah mengenakan jaket.

Saya sama sekali tidak tidur karena pada waktu itu, sering terjadi perampokan. Syukurlah, ketika matahari terbit, saya mencoba menghentikan sebuah kendaran yang lewat  dan ternyata pengemudinya kenal baik dengan saya, yakni pak Sofian.

Ia segera menghentikan  kendaraannya. Membuka kap kendaraan dan memeriksa. Ternyata dari alat pengukur, olie kendaraan kering,. Teman saya mengerti kendaraan dan memeriksa di kolong kendaraan, rupanya penutup oli tidak ditutup rapi, sehingga oli terus mengalir dan mengering dan menyebabkan kendaraan mengeluarkan asap. 

Pak Sofyan, berbaik hati membantu membelikan Oli di pompa bensin terdekat di sana, dan sekitar 2 jam kemudian kembali dan membantu mengisi dan mengunci penutup Oli  dengan alat pengunci.

Menelpon Pemilik Bengkel 

Syukurlah, setelah itu kendaraan melaju tanpa hambatan,hingga tiba di Jakarta.  Saya langsung menelepon Pemilik Bengkel.yang sesungguhnya  sudah merupakan teman lama. 

Saya ceritakan apa yang terjadi. Dan Pemilik Bengkel baru mengaku bahwa ia hanya memerintahkan Teknisi untuk melakukan pengecekan dan dijawab sudah beres. Karena itu ia tidak merasa perlu melakukan pengecekan sendiri. Berkali kali minta maaf, tapi bagi saya semua sudah selesai. Saya tidak pernah lagi membawa kendaraan saya di bengkel tersebut.

Ibarat sebuah porselen yang sudah pecah, walaupun sudah dilem kembali dengan perekat terbaik, tetap saja tidak akan pernah bisa seperti sebelum pecah. Begitu juga hubungan saya dengan Pemilik Bengkel yang adalah teman lama, walaupun sudah minta maaf dan saya sudah memaafkan, tapi bukan berarti saya akan mau mempertaruhkan keselamatan keluarga saya pada orang yang tidak bisa dipercaya kata katanya.

Renungan di malam hari 

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun