Kemudian anak kami naik sepeda untuk mengantarkan daging kurban yang sudah menjadi rendang. Karena dibagi di lingkungan belakang perumahan Wisma indah dan di jalan Paus, dalam waktu kurang dari setengah jam anak kami sudah kembali.
Katanya, semua menerima dengan senang hati.
Hal ini secara tanpa sadar menjadi tradisi setiap tahun. Bahkan tahun-tahun berikutnya.
Semakin banyak daging kurban yang kami terima dan tetap dengan jalan yang sama kami bagikan kembali.Â
Disayangi Orang Sekampung
Pada awal kami pindah dari Kampung Cina ke komplek Wisma Indah ini, banyak teman-teman mengkhawatirkan kami.
Tapi ternyata kami diterima bukan hanya dengan tangan terbuka, melainkan juga dengan hati yang terbuka.Â
Ketika kami pamitan karena pindah ke Jakarta maka pak Haji Andri, tanpa diminta, membantu menyusun barang-barang yang akan kami bawa di kendaraan yang kami gunakan untuk berangkat.
Para tetangga dan orang sekampung datang, Mereka memeluk kami satu per satu. Dan menangis...
Ternyata kasih sayang mampu merobohkan dinding penyekat. Hal ini menjadi kenangan abadi bagi kami berdua.
Setiap kali tiba Hari Raya Kurban kenangan indah ini selalu hadir dalam hati kami. Karena sejak pindah ke Jakarta, kami tidak lagi pernah merasakan hubungan mesra seperti ketika masih di kampung halaman kami di Padang.
Tjiptadinata Effendi