Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Syukur kepada Tuhan, Hari Ini Usia Saya Genap 76 Tahun

21 Mei 2019   07:14 Diperbarui: 22 Mei 2019   06:07 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto jadul ulang tahun ke-23 tahun 1966 mengingatkan kami agar jangan pernah lupa bersyukur/dok.pri

Pagi ini saya terbangun oleh pelukan wanita yang sudah mendampingi saya dalam suka dan duka selama 54 tahun.

"Selamat ulang tahun ya, Sayang," kata istri saya sambil memeluk diri saya erat-erat.

Dan berdua kami berdoa, bersyukur ke hadirat Tuhan yang telah memberikan yang terbaik bagi kami berdua. Hari ini usia saya genap 76 tahun dan dikaruniai istri, putra-putri, serta cucu-cucu yang sangat menyayangi kami berdua.

Tanpa sadar, pikiran saya hanyut sesaat ke masa lalu...
Menurut catatan di akta kelahiran, saya dilahirkan di Jalan Kali Kecil, Pulau Karam di kota Padang pada 21 Mei 1943, pukul 02.15 subuh waktu Dai Nipppon. Hari ini usia saya genap 76 tahun . Kami tak henti-hentinya bersyukur, di usia sudah melewati tiga perempat abad masih diberikan kesehatan lahir batin.

Dulu selama puluhan tahun kami kerja keras siang dan malam dan kini dengan penuh rasa syukur, kami tinggal menikmati hasil kerja keras kami. Dan tak kurang pentingnya, walaupun tidak mampu melakukan hal-hal yang spektakuler, tapi setidaknya kami sudah mengisi hidup dengan hal-hal yang kiranya ada manfaatnya bagi orang lain.

Foto lama yang kini sudah pudar...
Sejak mengayuh bahtera kehidupan rumah tangga, hidup kami disambut dengan kondisi yang morat-marit. Dari Padang pindah ke Medan, mencoba dagang antarkota tapi gagal dan seluruh modal ludas. Kami tidak mau jadi beban orang tua, karena itu kami berdua kerja di pabrik karet selama dua tahun.

Kemudian kami pulang kampung dan masih harus menjalani hidup menderita lahir batin, selama tujuh tahun. Bersyukur kami berdua lulus ujian hidup dan kelak dibukakan jalan untuk mengubah nasib. Pada saat ini, foto kenangan yang masih tersisa hanyalah beberapa lembar dan itupun sudah tidak jelas lagi karena dimakan waktu. Tapi kami bersyukur. Biarlah foto-foto kenangan memudar dimakan waktu, namun cinta kami berdua tidak pernah memudar.

Bagaikan mimpi..
Kami berdua terpana menyaksikan foto-foto lama, yang sengaja saya letakkan di meja kerja untuk mengingatkan kami, bahwa kami tidak boleh berhenti untuk selalu bersyukur. Hidup kami kini sudah bagaikan siang dan malam dibandingkan hidup kami dulu, walaupun jauh dari sebutan kaya.

Saat yang paling menyiksa adalah di kala kami masih tinggal di pasar kumuh Tanah Kongsi. Karena setiap hujan turun dengan lebat, maka air kali meluap dan kedai merangkap tempat tinggal kami dibangun persis dipinggir kali. Maka bersamaan dengan air yang menggenangi seluruh ruangan, ikut puluhan binatang merayap seperti kecoa, cacing, lipan, tikus, dan kelabang.

Kami tidak punya tempat untuk menghindar dari air kecuali naik ke atas loteng dengan memanjat tangga darurat yang terbuat dari kayu asal-asalan. Di loteng tidak ada lampu dan kami harus merunduk, karena jarak dengan atap hanyalah sekitar 75 sentimeter.

Rasanya bagaikan mimpi pada saat ini kami bisa duduk santai di rumah yang disediakan oleh putra kami di Burns Beach, yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari pantai yang indah. Malam ini, kami diundang putra kami merayakan ultah saya di Golden Palace Restaurant, bersama mantu dan cucu-cucu, serta kedua mantu cucu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun