Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beda Diplomasi dengan Politik Setipis Kartu ATM

30 April 2019   11:03 Diperbarui: 30 April 2019   13:38 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: nu.online.com

Pinjam Sepotong Istilah Sandi
Kata-kata setipis kartu ATM dipopulerkan oleh Sandiaga Uno. Dalam hal ini rasanya tidak ada yang bisa membantah. Karena sejak disebutkan tempe sudah setipis kartu ATM, maka istilah ini dalam sekejap menjadi viral di berbagai media. Baik yang menerima dengan menganggukkan kepala, termasuk yang membaca berita ini sambil menggelengkan kepala. Namun tulisan ini tak hendak membahas apa yang sudah terlanjur populer, melainkan karena meminjam istilah saja.

Kembali ke Judul
Diplomasi adalah seni dan praktik bernegosiasi oleh seseorang (disebut diplomat) yang biasanya mewakili sebuah negara atau organisasi. Kata diplomasi sendiri biasanya langsung terkait dengan diplomasi internasional yang biasanya mengurus berbagai hal seperti budaya, ekonomi, dan perdagangan. (https://id.wikipedia.org/wiki/Diplomasi)

Akan tetapi, karena sama sekali tidak memiliki latar belakang diplomat, maka tentu saja saya tidak berani gegabah membahas masalah diplomasi antar organisasi, apalagi diplomasi antarnegara. Yang ditulis di sini adalah diplomasi yang perlu menjadi perhatian kita dalam pergaulan sehari harian, di manapun kita berada.  

Dengan kemampuan diplomasi yang  tepat, dapat dikatakan memiliki kekuatan untuk dapat membuka pintu yang sudah tertutup, bahkan bisa membuka jalan yang sudah diblokir. Kuncinya adalah memahami bahwa sesungguhnya setiap orang senang bila ia merasa dihargai orang lain, apapun suku bangsanya. 

Harimau dalam Paruik, Kambiang Juo nan Dikaluakan
Peribahasa Minang ini kalau diterjemahkan, "Harimau dalam perut, kambing juga yang dikeluarkan". Maksudnya, walaupun kita tidak senang akan sikap seseorang, tapi hendaknya menyampaikannya secara diplomatis.  Karena kalau berbicara "to the point", maka di samping membuat orang tersinggung dan marah, juga akan mengakibatkan tujuan kita tidak tercapai.

Hanya sebuah contoh. Suatu waktu ketika akan berangkat, kami di antarkan oleh putri kami hingga di bandara Sydney. Ternyata kali ini bukan hanya barang bagasi dan "handbag" yang ditimbang, tapi juga termasuk tas komputer yang berisi segala macam kelengkapan charger, yang beratnya total adalah 9,2 kg. 

Si Mbak Petugas, yang aksen berbicaranya menunjukan bahwa ia berasal dari negara lain, langsung memasang tampang judes dan dengan nada tinggi mengatakan, "Anda tahu, bahwa total yang boleh diangkat adalah 7 kg, bukan?"  Mungkin karena masih ngantuk, atau kecapaian, wajah si mbak sungguh tidak enak ditengok, Apalagi bila dipandang lama-lama. 

Syukurlah ada putri kami yang selama ini menjadi "diplomat" keluarga langsung maju dan mulai berbicara. Anehnya, dalam hitungan detik wajah si mbak yang tadinya kayak tampang Nyi Loro Kidul yang lagi marah, tiba-tiba saja berubah seperti wajah Ken Dedes. Dan sesaat kemudian putri kami mengatakan, "Papa, Mama yuk, sudah beres," sambil melambaikan tangak kepada si Mbak Petugas.  

Dan si Mbak mengatakan, "Lain kali jangan lupa ya, total 7 kg, yang dibolehkan untuk tas tangan."

Tentu saja kami angguk-angguk balam dan mengatakan, "Thank you" dan bergegas menuju ke ruang pemeriksaan Imigrasi.

Iyokan Nan Diurang, Laluan nan Diawak
Maksudnya dalam mencapai tujuan kita, maka perlu memahami psikologi bermasyarakat. Berikan penghargaan agar orang tidak kehilangan muka, tapi maksud kita bisa tercapai.  

Karena kalau berhadapan dengan orang yang lagi uring-uringan entah apapun penyebabnya dan kita balas dengan marah kepadanya, maka siapapun adanya akan merasa tersinggung.

Maka daripada merasa "kehilangan muka" ia akan semakin marah kepada kita, bahkan mungkin saja kita diusir, apapun risikonya. Akibatnya, orang sakit hati dan tujuan kita gagal. Karena itu, rasanya tidak salah kalau ditulis, "Diplomasi dengan politik bedanya setipis kartu ATM". Bikin senang hati orang, tapi tujuan kita tercapai.

Kalau ada pertanyaan, "Apakah hal ini bukan munafik namanya?" Jawabannya ,"Don't ask me,ask your heart, because the answer is in your heart". Nah, munafik atau tidak, yang tahu hanya Tuhan, karena yang menjalaninnya belum tentu tahu.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun