Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pemilu Usai, tapi Pernak-perniknya Tetap Menarik Disimak

18 April 2019   12:27 Diperbarui: 18 April 2019   12:38 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi/ket.foto : pemilu di TPS KJRI -di Sydney

Pemilu Sudah Usai dengan Meninggalkan  Berbagai Pernak Pernik
Di seluruh dunia, pemilu sudah tentu gratis. Tidak perlu beli tiket masuk untuk bisa ikut memilih, asal saja sudah melengkapi semua persyaratan sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan.  

Begitu juga Pemilu di Indonesia, tidak ada biaya apapun yang diwajibkan bagi setiap WNI, baik yang berada di Indonesia, maupun yang kebetulan sedang berada di luar negeri. 

Pemilu sudah usai, baik yang diselenggarakan diluar negeri lebih awal dan Pemilu serentak di Indonesia, yang sudah diselenggarakan pada tanggal 17 April 2019, tapi masih menyisakan pernak-pernik beragam kisah unik dalam upaya agar dapat ikut mencoblos

Antara Gembira dan Sedih, serta Kecewa

Di grup WA, maupun dalam perjumpaan secara fisik, kisah tentang suka duka agar dapat ikut memilih, masih mendominasi, di samping membicarakan hasil Quick Count. 

Ada yang gembira, karena beruntung, sejak dari awal pendaftaran hingga saat mencoblos, semuanya berjalan lancar. Bahkan tidak sedikit yang merasa beruntung, karena bertepatan, tempat tinggalnya dengan TPS di mana ia akan memberikan suaranya, sangat dekat. Sehingga hanya berjalan kaki beberapa menit, sudah tiba di lokasi. 

Ada juga yang walaupun harus berjalan cukup jauh, bahkan menggunakan jasa Ojek, tapi tetap gembira, karena semuanya berjalan lancar, tanpa ada kendala sama sekali. Sebaliknya, ada yang mengeluh dan sedih, serta kecewa, karena walaupun sudah sejak dini mendaftarkan namanya, bahkan sudah mendapatkan konfirmasi, tapi setelah tiba di lokasi TPS yang ditetapkan, ternyata namanya tidak ada dalam daftar. Akibatnya, dengan terpaksa menjadi: "Golput"

dok.pribadi/didepan kantor KJRI Sydney
dok.pribadi/didepan kantor KJRI Sydney

dok.pribadi/didepan kantor KJRI Sydney

Memilih Golput Hanya Karena Tidak Mau Repot
Tetapi ada juga yang memilih untuk "Golput", hanya karena harus memilih di alamat yang sesuai KTP. "Repot Om. harus milih ke alamat sesuai KTP. Lumayan harus 2 kali ganti angkot. " Alasan Yanti, dalam WA nya, ketika  kemarin tanggal 17 April 2019 saya tanya, sudah mencoblos atau belum? Memang urusan mau milh ataupun milih menjadi "Golput" adalah urusan dan hak pribadi setiap orang. Kita tidak ada hak untuk menegur apalagi menggurui siapapun. Hanya sekedar menjadi renungan diri, bagaimana  mungkin, ada orang yang memilih "Golput" hanya karena alasan harus dua kali ganti angkot ke TPS.

Mencoba Menghitung Biaya
Sambil merenung, saya mencoba melakukan introspeksi diri, bahwa boleh jadi, bagi yang memilih "Golput" kondisi ekonominya tidak memungkinkan baginya untuk mengeluarkan dana pulang pergi naik angkot," hanya" untuk bisa ikut memilih. Karena itu, saya tidak berhak untuk menganggap orang yang golput tidak peduli akan hak dan kewajibannya, karena kondisi ekonomi setiap orang berbeda.

Wolonggong -Sydney Sekitar 90 Km

Sejak bulan Juni  tahun lalu, kami sudah mulai mendaftarkan nama kami berdua di PPLN WA. Untuk melengkapi surat surat yang diperlukan, kami harus ke Office Work, untuk scanning masing masing paspor saya dan istri, agar bisa dikirimkan via email ke alamat panitia. Kemudian tidak berhenti hingga disini, karena setelah dilakukan pengecekan secara online, namun nama kami keduanya tidak muncul. Maka istri saya sibuk menelpon, untuk menanyakan, walaupun masih lama lagi dilangsungkan Pemilu. Akhirnya semuanya Clear. Kami mendapatkan Surat Konfirmasi dari PPLN, bahwa nama kami berdua sudah terdafar pada DPT (Daftar Pemilih Tetap).

Tapi tiba tiba ada perubahan, karena kami akan menghadiri pernikahan keponakan cucu di Melbourne dan sebelum kesana, kami singgah di rumah putri kami di kota Wollongong. Maka kembali kami sibuk menelpon Panitia dan beruntung, semuanya berjalan lancar. Nama kami berdua sudah didaftarkan di TPS yang lokasinya di KJRI -Sydney.Maka pada hari H nya, yakni tanggal 13 April 2019 ,pagi hari kami singgah di Pompa Bensin untuk mengisi BBM sebelum berangkat.

Yang  berangkat dari Wollongong menuju ke TPS yang berlokasi di KJRI Sydney, bukan hanya kami berdua, karena di sana, kami juga bertemu dengan beberapa orang Indonesia yang juga berdomisili di kota Wollonggong dan sekitarnya. Jarak dari Wollongong ke Sydney sekitar 90 Km. Berarti pulang pergi sekitar hampir 200 Km. Yang menghabiskan BBM sekitar 15 liter. Harga Unleaded BBM di sini, rata rata $,1.40 atau senilai Rp.15.000 perliter. Sehingga kalau mau main hitung hitungan, bagi kami orang Indonesia, yang domisili di Wollongong dan sekitarnya, perlu mengisi BBM  setidaknya 15 liter untuk perjalanan pulang pergi dan mengeluarkan dana sejumlah 15 x $,1.40 = $.21 atau setara lebih dari 200 ribu rupiah.

Belum lagi biaya makan siang di jalanan,karena selama di TPS berjam jam, karena ternyata, nama kami berdua tidak ada dalam daftar di TPS 1. Maka dengan paksa rela, kami berpuasa makan dan minum, karena tidak ada yang jualan makanan minuman disekitar lokasi. Tapi, apalah artinya semuanya itu, bila dibandingkan dengan kepuasan batin, sudah menunaikan hak dan sekaligus kewajiban, sekali dalam lima tahun? 

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun