Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sikap "Grasa-grusu", Bukti Tipisnya Tenggang Rasa

15 Februari 2019   08:39 Diperbarui: 15 Februari 2019   09:08 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : shutterstock.com

"Baper" atau  bawa perasaan ,memang bukanlah suatu hal yang baik . Karena disamping menyebabkan diri sendiri jadi salah tingkah, dapat menyebabkan orang orang terdekat ,merasa bersalah terhadap kita. Karena "dikit dikit" tersinggung,"dikit dikit"mau emosi dan marah.Tetapi jangan sampai alasan ini membuat kita menjadi orang yang minim rasa. 

Karena bila kondisi minim rasa ini dibiarkan berlarut larut,maka secara tanpa sadar,kita akan kehilangan tenggang rasa. Merasa diri  paling benar,paling sholeh, paling pintar dan seterusnya. Pokoknya segala sesuatu yang benar maka itu adalah diri kita. Sebaliknya, apapun yang salah atau dianggap  kurang baik maka itu pasti bukan diri  kita, melainkan orang lain .

Akibat Kehilangan Tenggang Rasa

Tipe orang yang sudah kehilangan tenggang rasa, akan melakukan apa saja,yang menurut pikirannya baik. Tidak peduli akan melukai orang lain, baik secara phisik maupun melukai hati orang banyak. Dengan perasaan tidak bersalah menebarkan berbagai berita hoaks yang dianggap akan semakin mendongkrak citra dirinya. 

Sama sekali tidak mampu menganalisa apakah berita yang ditebarkan benar atau hoaks, karena daya cipta yang sudah tumpul.sehingga tidak mampu memanfaatkan akal budi,yang dianugerahkan Tuhan

Semakin hari ,semakin mengikis kemampuan cipta,rasa dan karsa ,yang seharusnya bersemayam dalam diri manusia yang sehat lahir dan batin. Sebagaimana dimaksudkan dengan tipe kriteria :"sehat" oleh Badan Kesehatan Dunia, yakni antara lain:" manusia dapat disebut sehat,bukan hanya semata karena phisiknya sehat,tapi juga manusia yang mampu hidup berinteraksi dengan damai dilingkungan dimana ia hidup.Antara lain saya kutip satu dua alinea sebagai berikut:

"Selalu merasa bahagia dengan apa yang ada pada dirinya, tidak akan pernah menyesal serta kasihan pada dirinya sendiri,senantiasa merasa senang, enjoy, happy serta mengasyikkan dan tidak ada sinyal suatu tanda konflik kejiwaan.Dapat bergaul dengan baik serta bisa menerima kritik saran dan tidak mudah untuk tersinggung serta marah, selalu pengertian serta toleransi pada keperluan emosi orang lain. Dapat mengontrol dirinya, serta tidak mudah emosi dan jua tidak gampang takut, iri, cemburu, sakit hati dan mampu mengnnhadapi serta bisa merampungkan persoalan dengan cara bijaksana."(sumber : World Health Organization)

Mampu Mengontrol Diri 

Mampu mengontrol diri dapat diartikan :"tidak grasa grusu", yakni berbicara atau berbuat terlebih dulu,baru mikir. Sebagai manusia yang sudah dewasa ,bukan hanya tubuhnya yang besar ataupun usianya yang sudah mencapai tingkat kedewasaan,melainkan juga dewasa dalam bersikap ,dalam berpikir dan juga dalam bertindak. 

Sifat :"grasa grusu" ini menunjukkan,bahwa sosok ini,sama sekali belum dewasa dalam hal mental dan walaupun usianya sudah lebih dari takaran dewasa,tapi mentalnya,masih kekanak kanakan.

Walaupun di dunia ini tidak seorangpun mampu mencapai kesempurnaan diri, tapi setidaknya sebagai manusia yang dibekali akal budi dan dilengkapi dengan daya cipta, cinta dan karsa,mampu memiliah,mana yang baik dan mana yang akan menyakiti orang lain. Kesimpulan sederhana adalah:"Bila tidak mampu menyenangkan hati orang lain,janganlah menyakiti"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun