Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Imajinasi yang Keliru

20 Januari 2019   18:34 Diperbarui: 20 Januari 2019   19:24 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang mengatakan,bahwa  dalam usia 76 tahun, saya sudah kenyang makan asam garam kehidupan. Maksudnya saya sudah memahami tentang seluk beluk kehidupan dan misteri yang seringkali menyelimuti perjalanan hidup. Tetapi sejujurnya, ternyata dalam imaginasi tentang diri seseorang,saya seringkali keliru.

Hal ini terbukti,ketika saya dan istri berada bersama sama dalam pertemuan dengan orang orang yang baru untuk pertama kalinya bertemu di dunia nyata. Apa yang saya bayangkan selama ini,ternyata keliru secara total.

Sebagai contoh:

  • Dizzman, yang menggunakan photo Profile bayi imut-imut, yang seringkali menulis tentang wisata dan kuliner, ternyata adalah seorang pria berbadan tegap dan ganteng
  • Eddy Supriatna, yang bertampang Cina, ternyata adalah seorang Uztad, yang didampingi istri yang  bertugas di Departemen Agama. bahkan memimpin doa ketika  kami usai makan
  • Indria Salim, yang awalnya dikira masih ada hubungan keluarga dengan Sudono Salim, ternyata  asli bernama Salim, bukan karena bermarga :"Lim:
  • Ada Cara Sehat yang tulisannya kritis dan tajam,yang saya bayangkan sebagai seorang pria bertubuh tegap dan besar,ketika bertemu,justru adalah pria ganteng yang bertubuh imut imut
  • Ada yang menggunakan nama: "INA" dan sering saya panggil : "Mbak", ketika  ketemu,ternyata seorang pria ganteng, yang datang membawa istri tercinta
  • Mbak Christie yang putrinya sudah kuliah  di jepang, ternyata masih tampil sebagai seorang mahasiswi, luwes dan senang bergaul.
  • Hennie Englina yang tulisannya tegas dan kritis, saya bayangkan seorang wanita yang berwajah keras dan bertubuh besar,tapi ketika bertemu, ee orangnya imut dan sangat luwes dalam berkomunikasi
  • Johanes Krisnomo, yang sering menulis tentang wisata dan alam, ternyata seorang piawai dan urusan potret memotret
  • Mahendra yang belum lama bergabung di Kompasiana, ternyata termasuk sosok yang irit berbicara
  • Katedrajawen ternyata begitu konsisten menjaga tradisi vegeterian, sehingga memlih tidak ikut makan di restoran.
  • Tamita Wibisono yang tulisannya terkesan cukup galak, ternyata sosok yang murah senyum dan bela belain datang dari Madiun

Kalau yang lain sudah sering ketemu, adalah Sisca, Maria, Thamris Sonata, Isson Choirul, Ganendra, Edy Priatna dan seterusnya Mohon maaf, kalau sampai ada yang namanya lupa saya tulsikan disini.

Hal Ini Membuktikan, bahwa gambaran yang tercipta berdasarkan photo profile yang disematkan disamping nama penulisnya, maupun alur tulisan yang dituangkan, ternyata ketika bertemu, sosok yang sesungguhnya tidaklah seperti apa yang dibayangkan sebelum bertemu.

Padahal saya sudah menghadiri puluhan kali kopdar atau kopi darat, namun ternyata masih harus terus belajar.

Bahwa apa yang kita bayangkan atau gambaran yang ada dalam diri kita terhadap orang lain, yang menurut kita sudah benar, ketika bertemu, ternyata bertolak belakang dengan apa yang dibayangkan. Inilah salah satu dari keuntungan melakukan pertemuan atau kopdar, sehingga saling mengenal secara pribadi, sesuai dengan sosok yang sesungguhnya. 

Ternyata benarlah kata pribahasa: "Belajar sejak dari buaian ,hingga keliang lahat". Karena semakin banyak kita belajar,maka semakin kita sadar diri, bahwa ada begitu banyak hal yang selama ini dianggap sudah kita pahami, terbukti keliru

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun