Hidup adalah perjuangan dan perjuangan sesungguhnya adalah pelaksanaan kata-kata.
Kalimat diatas adalah pesan yang disampaikan oleh Pak Tubagus Encep kepada saya lewat artikelnya ,yang berjudul:" Mengintip Jejak Tjiptadinata Effendi"
Yang esensialnya ,saya kutip disini:
"Pada umumnya kita sering melihat sebuah perjalanan sesorang ketika ia telah berada garis finish-nya, tanpa pernah mencoba menggali bagaimana sang juara berlari mulai dari titik star-nya. Seorang fans lebih banyak memimpikan bagaimana ia bisa tampil bak idolanya tanpa pernah mempelajari bagaimana sang idola berkeringat darah untuk mencapai kesuksesannya. Â Jangankan untuk berdarah-darah, berkeringat sedikitpun kadang enggan dalam proses menanam bibit keberhasilan.Â
Kita selalu terjebak untuk mencapai sesuatu dengan mudah, dengan instan kalau perlu dengan menghalalkan segala cara demi mencapai impian. Lingkungan kita, kurangnya figur dan atau tidak adanya kesempatan untuk mempelajari kisah-kisah sukses anak manusia membuat kita miskin pelajaran akan pentingnya sebuah proses menuju keberhasilan.Â
Mata, telinga, rasa kita telah tercerabut untuk menyaksikan nilai-nilai juang yang terkesampingkan oleh gambaran manusia yang meniscayakan bahwa hidup adalah pejuangan.Bahwa hidup adalah sebuah kerja keras, bahwa hidup adalah menjalankan nilai kejujuran, bahwa hidup adalah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apa salahnya belajar dari orang terdekat kita. Hidup adalah perjuangan dan perjuangan sesungguhnya adalah pelaksanaan kata-kata. " (Tubagus Encep)
Tulisan dan Komentar Adalah Gambaran Kepribadian Penulisnya
Karena sesuai aturan yang berlaku,maka tidak seluruh tulisan saya salin ke laman ini.Tapi walaupun dipenggal sana sini,yang penting pesan moral yang disampaikan pak Tubagus Encep,sudah tertuangkan didalamnya.Â
Tulisan menggambarkan kepribadian seseorang,karena tulisan adalah manifestani dari apa yang ada dibenak dan dihati penulisnya. Maka berpijak pada filosofi tersebut,sangat kentara,bahwa sosok yang namanya Tubagus Encep mengedepankan kerendahan hatinya.Untuk mau belajar tentang suka duka kehidupan yang pernah saya alami.Â
Tubagus Encep melupakan sesaat,bahwa sesungguhnya dirinya juga adalah seorang guru,yang dihormati dalam lingkungannya. Namun tanpa merasa gengsi gensian,menuliskan betapa almarhum dengan ikhlas mau berguru kepada siapa saja.Â