Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Waspadai Bahaya Terselubung

9 Juli 2018   19:58 Diperbarui: 9 Juli 2018   20:16 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: psikologi.wordpress.com

 Yang Paling Banyak Memicu Timbulnya Masalah Adalah Egoisme Kita 

Dalam kehidupan sehari-hari, hampir setiap hari kita membaca berita tentang perkelahian atau tawur yang menimbulkan korban jiwa. Apapun alasannya, tidak terlepas dari egoisme yang dikedepankan dalam diri  Egoisme merupakan musuh yang dapat bermetamoforsa menjadi apa saja. Ia dapat beradaptasi dalam beragam  wujud, sehingga sulit dideteksi. Hal sekecil apapun bisa mengubah orang yang biasanya tenang dan santun, menjadi pemberang dan mampu melakukan apa saja,karena merasa tersinggung .

Contoh yang aktual adalah hal hal yang menyangkut :

  1. harga diri
  2. etnis
  3. agama
  4. budaya
  5. komunitas
  6. bela kehormatan
  7. bela agama

Egoisme ini ,begitu piawainya, sehingga mampu memperalat diri kita,untuk berperang melawan siapa saja,termasuk keluarga ,sahabat dan bangsa sendiri,demi untuk memenangkannya.

Jangan biarkan diri kita menghamba pada egoisme,Korbannya bukan hanya dari kalangan masyarakat dengan pendidikan minimal,malahan justru sebaliknya orang orang yang berlatar belakang intelektual yang tinggi, titel yang berlapis lapis dan orang yang menamakan dirinya tokoh masyarakat.

Kondisi berada di bawah kekuasaan egoisme ini, menyebabkan orang tidak malu-malu melakukan apa saja..

Karena sudah terlalu lama terjadi pembiaran egoisme merajai diri, maka orang mulai kehilangan jati dirinya dan  menganggap bahwa egoime sudah dianggap adalah dirinya yang sejati.

Egoisme tidak hanya diterapkan  terhadap  orang lain, tetapi juga dilakukan di dalam keluarga sendiri, sehingga menempatkan diri sebagai orang nomor satu dalam keluarga.

Menuntut agar selalu dilayani, dipahami, dinomorsatukan dan didengar. Sehingga keluarga bukan lagi :"home sweet home" bagi seluruh isi rumah, tapi sudah berubah menjadi "kerajaan kecil", di mana seluruh isi rumah harus patuh pada "rajanya.

Rendah Hati Sangat Mudah Diucapkan, Tapi Mempraktikkannya Sungguh Tidak Mudah

Seperti kata pribahasa, "Musuh yang paling sulit dikalahkan adalah diri sendiri". Dan hal ini ternyata benar adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun