Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengapa Hari Kebangkitan Nasional Terasa Tawar?

20 Mei 2018   20:10 Diperbarui: 20 Mei 2018   21:10 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: tempo.co

Hari ini ,tanggal 20 Mei,2018 dirayakan  sebagai Hari Kebangkitan Nasional di seluruh Indonesia.Tentang asal usul dan sejarahnya,sejak dari SD semua orang sudah mengetahuinya. Sehingga tentu tidak perlu diulangi lagi menceritakannya disini,karena hanya akan membuang waktu bagi orang yang membacanya.

Pokoknya ,seperti tahun tahun yang lalu,setiap tanggal 20 Mei ,senantiasa dirayakan atau setidaknya diperingati hari Kebangkitan Nasional di seluruh Indonesia  Dan  begitu juga hari ini,tanggal 20 Mei, 2018 , Seperti biasa ada acara seremonial dan berbagai sambutan ,pagelaran festival ,serta perayaan lainnya. Ada juga himbauan dari bu Susi,agar kita semua kerja lebih keras lagi untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Mengapa Terasa Hari Kebangkitan Nasional ,Kehilangan Spirit ?

Kalau kita mau jujur, perayaan Hari Kebangkitan Nasional ini,terasa tawar dan hanya sekedar memenuhi formalitas saja. Karena semakin hari,makna dari "kebangkitan nasional "ini,serasa semakin kabur. 

Mungkin tidak banyak yang memahami arti dan makna yang sesungguhnya,termasuk  yang menulis artikel ini. Karena sudah sejak lama tidak lagi merasakan harumnya aroma kebersamaan. Masing masing orang berjuang untuk kelompok atau partainya dan siap bertarung.bilamana kepentingan kelompok atau komunitasnya,tidak terpenuhi. 

Tanpa perlu berselancar di google,setiap hari kita dapat membaca dan mendengarkan langsung, orang saling berebut pengaruh,dengan melupakan saling asah dan saling asuh,yang menjadi falsafah bangsa Indonesia.

Terus kalau sudah begini,kemana perginya semangat Kebangkitan nasional kita ? Sebagai satu dari 245 juta warga Indonesia,tentu saya sama sekali tidak berhak untuk menjawabnya. Kita suka atau tidak suka,rasa nasionalisme secara nyata telah berjalan mundur dari waktu kewaktu,kalau kita mengacu pada makna :"nasional" adalah kebersamaan seluruh  bangsa Indonesia.

Setelah sekian banyaknya peristiwa demi peristiwa yang merupakan konflik ,yang berbau tidak suka pada pemerintah,maupun terpaut dengan urusan agama dan etinis,ataupun gabungan dari keduanya,walaupun mau dibantah,tapi sudah terjadi.

Apalagi dengan jatuhnya korban ,susul menyusul pada minggu lalu. Sejak mulai peristiwa di Mako Brimob ,berlanjut hingga di 3 gereja di Surabaya .Dan rentetan ini,merembet ke berbagai daerah  ,yang juga tidak luput dari tumpahnya darah ,baik dari petugas,orang awam dan para teroris ,yang nota bene adalah bagian dari bangsa Indonesia.

Image sebagai bangsa yang "Peramah" sesungguhnya tanpa disadari semakin lama semakin memudar .Ada rasa kuatir,kelak  bangsa Indonesia,akan dikenal sebagai bangsa yang "Pemarah" Bayangkan, dalam demo baru baru ini, ada coretan dengan kata kata yang jauh dari kesantuan sebagai bangsa  yang bermartabat ,yakni :"Bunuh Sultan" . Prilaku seperti ini,tentu sangat jauh dari dapat disebut sebagai bangsa "Peramah"

Penulis bukan siapa siapa dan sama sekali tidak dalam kapasitas menjelaskan ,apalagi menghimbau. Tulisan ini hanyalah sebuah renungan diri,yang siapa tahu ada manfaatnya untuk dibaca

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun