Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kalau Cinta Bersyarat, Perlukah Pernikahan Dilanjutkan?

4 April 2018   09:27 Diperbarui: 5 April 2018   16:06 2968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: a1.ro

Sepintas membaca judul di atas, dari alam bawah sadar, muncul jawaban, "Batalkan pernikahan! Koq cinta pakai syarat?"

Tapi sabar. Tarik nafas dalam dalam dan hirup energi positif. Embuskanlah kemarahan yang spontan muncul dari hati kita. Ibarat kita lagi makan ikan, jangan sampai begitu terasa ada durinya, terus semua makanan dimuntahkan. Rasakan, mana yang duri ikan dan buanglah, kemudian kita dapat menikmati dagingnya.

Jangan pula semuanya langsung ditelan, karena akan tersedak duri ikan,yang akan menyusahkan diri kita dan keluarga. Jalan yang terbaik adalah sabar dan memikirkan dengan pikiran dingin, sebelum mengambil sebuah keputusan

Pernikahan adalah kontrak seumur hidup
Maka walaupun berbeda ruang, tapi yang namanya kontrak, pasti ada harus ada kesepakatan. Kesepakatan datang dari syarat yang diajukan kedua belah pihak dan setelah masing masing setuju, untuk saling mengikatkan diri, maka kontrak ditanda tangani.

Begitu juga dalam pernikahan ada kontrak seumur hidup. Karena itu calon pengantin yang akan menandatangani kontrak seumur hidup ini, ditanyai: "Apakah anda bersedia menerima pria yang bernama.... untuk menjadi suami Anda?"

Kalau jawabannya: tidak, maka batal lah sudah kontrak pernikahan. Tapi kalau dijawab: saya bersedia atau I do, maka pertanyaan berikutnya adalah: "Bersediakan anda untuk mencintainya, bukan hanya dalam suka, tapi juga dalam duka. Bukan hanya ketika untung,tapi juga ketika dalam kemalangan?"

Maka ketika calon pengantin wanita menjawab saya bersedia, maka pertanyaan yang sama akan dialihkan kepada calon pengantin pria.

Bila kedua belah pihak, setuju, maka mereka menandatangani kontrak seumur hidup dan mereka resmi sebagai suami dan istri.

Kembali kepada cinta bersyarat
Perlu tidaknya melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan, tentu saja tergantung kepada syarat yang diberikan. Bila calon suami memberikan syarat bahwa setelah menikah, akan diajak tinggal dirumah baru, mengapa tidak? Apalagi kalau syaratnya setelah menikah, maka honeymoon akan dilangsungkan di Las Vegas atau ke Menara Eiffel? Masa mau menolak?

Tapi ketika calon suami mengatakan, "Aku mencintai dirimu dan siap menikahi dirimu, tapi aku tidak mau ibumu yang sakit tinggal bersama kita. Karena aku tidak ingin, keluarga kita dibebani dengan mengurus orang sakit". Nah, kalau cinta dengan syarat seperti ini, tentu tidak mudah menjawab, ya atau tidak. Butuh renungan yang mendalam.

Kalau calon istri mengatakan, "Mas, aku sangat mencintai dirimu, tapi orang tuaku mengisyaratkan, bila kita menikah, maka harus dibuat surat perjanjian 'menikah dengan harta terpisah'." Nah, bagaimana perasaan kita sebagai seorang pria? Tidak ada yang dapat memutuskan, tentu keputusan ada di tangan yang akan menikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun