Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pintar, tapi Tidak Cerdas Memaknai Ilmu Kehidupan

22 Maret 2018   09:11 Diperbarui: 22 Maret 2018   09:53 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: illustradolife.com)

Menjadikan Dirinya  Sumber Olok Olokan

Ada begitu banyak contoh contoh hidup,tanpa harus berselancar di google,yang menjadi bukti,bahwa begitu banyak orang yang pintar,bahkan dapat disebutkan sebagai cendekiawan diberbagai disiplin ilmu,tapi sangat miskin dalam memaknai ilmu kehidupan.Belajar dari sejarah dunia,bahwa siapapun adanya,suatu waktu,mau atau tidak,suka atau tidak suka ,akan turun dari panggung .Yang kalau disebutkan namanya satu persatu,termasuk orang pernah paling berkuasa di negeri ini,hanya akan menimbulkan debat kusir yang tidak akan menguntungkan siapapun,kecuali menciptakan perpecahan rasa.

Ibarat Orang Lagi Berada di Panggung

Ketika seseorang berada di panggung kehormatan,maka semua orang mendengarkan dan menyimak,kata demi kata yang keluar dari mulutnya.Bahkan senyumnya, bahasa tubuhnya pun diperhatikan. Bahan dasar apa yang digunakan sebagai pakaiannya ,serta mode batik yang mungkin dipakai pada waktu itu,secara mendadak menjadi trend  .Tapi tidak selamanya orang berdiri diatas panggung. Ada saatnya harus turun dan digantikan oleh orang lain.

Di saat saat seperti inilah kedewasaan dalam bersikap dalam diri seseorang dinilai dan dipertaruhkan. Bila arif dalam membaca tanda tanda kehidupan,maka alangkah baiknya secara ikhlas,melangkah turun panggung. Kondisi seperti ini,orang berjalan turun dengan elegan dan diiringi dengan tepuk tangan,bahkan standing applaus,untuk sikapnya yang bijak.

Berbeda ,ketika orang bersikukuh untuk tetap berada dipanggung,padahal sudah waktunya turun,maka ia akan diseret turun. Yang tentu akan merupakan pelecehan terhadap harkat dirinya sebagai orang yang pernah menduduki jabatan terhormat. 

Ketika Sudah Turun Panggung

Bila sudah turun panggung,maka yang tadinya sebagai Key notes,kini seharusnya mampu menempatkan diri,sebagai penonton dan tidak lagi berteriak teriak dari bawah panggung.Karena kapasitasnya sebagai pembicara sudah usai dan kini ,adalah satu dari antara sekian banyak penonton yang hadir didalam ruangan.

Sayang sekali,kepandaian dan kepintaran yang diperoleh dibangku kuliah dan dari univesitas beken didunia,tidak secara serta merta ,menjadikan orang menjadi arif dan cerdas memahami ilmu kehidupan.Sehingga banyak orang yang lupa diri dan lupa  waktu,bahwa momentum bagi dirinya sudah berlalu dan sudah seharusnya duduk manis diantara penonton lainnya.

Kalau dianalogikan dengan panggung,ketika orang lain sedang mendapatkan  giliran untuk berbicara di atas panggung kehormatan ,namun ada diantara para penonton ,yang berteriak teriak dari tempat duduknya,maka sudah dapat dipastikan ,semua orang akan menengok kearahnya dengan beragam perasaan :

  1. ada yang jengkel
  2. ada perasaan iba menyaksikan
  3. ada yang sangat menyayangkan

Merefleksikan Analogi Sederhana dalam Menjalani Kehidupan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun