Jauh Lebih Baik Ketimbang Menderita Diusia Menua
Kalau kita bisa memilih tentu maunya sejak lahir hidup itu enak melulu. Dibuai, dipeluk dan disayangi hingga bertumbuh kembang dalam hidup yang berkelimpahan. Kemudian yang perempuan tumbuh menjadi secantik putri Cinderella dan yang laki laki ganteng seperti Sang Pangeran. Kemudian menikah dan hidup berbahagia selama lamanya.
Tapi ternyata tak seorangpun dapat memilih dimana ia akan dilahirkan dan tidak dapat menentukan apa yang terjadi dalam keluarga dimana ia dilahirkan. Seperti misalnya sebagai contoh, saya dilahirkan dalam keluarga besar Anak ke 9 dari total 11 bersaudara. Sejak kanak kanak sudah terbiasa hidup dirumah yang lantainya asli tanah. Perabot yang ada hanya satu meja makan dan kursi kayu yang dirakit dari potongan kayu kayu bekas.
Hikmah Hidup Melarat Dikala Usia Muda
Hikmah yang dapat dipetik dari perjalanan hidup yang pahit getir ,semasa masih muda adalah :
- sudah terlatih untuk menerima keadaan sepahit apapun
- sudah terlatih hidup menderita
- karena sama sama menderita,hubungan antar anggota keluarga sangat kental
- sebungkus nasi rames dimakan bersama anak beranak
- memahami bahwa tidak ada yang dapat mengubah nasib kecuali diri sendiri
- terbiasa hidup berhemat
- terbiasa memahami penderitaan orang lain
- ditempa bertahun tahun,menjadikan mental seperti baja
- tidak takut menghadapi apapun dan siapapun
- bahkan kematian juga tidak lagi menakutkan
Muda Kaya Raya,Tua Terlunta Lunta
Ada banyak contoh nyata yang saya saksikan semasa masih di kota Padang.
Sewaktu muda kaya raya tapi ketika usia menua hidupnya terlunta lunta. Menertawakan kejatuhan orang lain, adalah sebuah kenistaan bagi harkat kemanusiaan. Tetapi orang harus tahu bahwa hal tersebut bisa terjadi pada siapapun. Agar jangan sampai mengulangi kejadian yang sama, Belajar dari kesuksesan seseorang sangat baik, tetapi belajar dari kegagalan dan kejatuhan seseorang jauh lebih penting.
Agar kita jangan membayar uang sekolah yang mahal yakni menderita dikala usia sudah menua. Bayangkan orang yang sewaktu mudanya kaya raya, ketika usia menua, harus hidup dari mengumpulkan kardus bekas di Jakarta. Dan saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Ingin sekali dapat membantu ala kadarnya, namun orangnya menghindar.Â
Satu lagi tetangga kami kaya raya. Anak tunggalnya laki laki sangat dimanjakan, sehingga tidak mampu hidup mandiri. Ketika ayahnya meninggal dalam usai muda karena serangan jantung, anaknya malah jadi pesuruh diperusahaan ayahnya yang entah bagaimana diambil alih oleh orang kepercayaan ayahnya. Alangkah menyakitkan menyaksikan anak kita menjadi :"jongos" diperusahaan yang dulunya milik kita sendiri.
Belajar Dari Kejatuhan Orang