Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bahaya Terselubung dalam Kemajuan Teknologi

12 Desember 2017   08:15 Diperbarui: 12 Desember 2017   09:42 1162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: https://depositphotos.com

Kemajuan tehnologi menghadirkan beragam kemudahan bagi  manusia. Menanak nasi tidak usah pakai tungku dan tidak perlu sibuk mencari kayu api.Tidak diperlukan lagi corong pipa untuk meniup-niup, agar api tetap menyala. Pribahasa lama yang sudah mulai dilupakan orang adalah "Sambil berdendang, nasi masak". Yang dulunya hanya sekedar sebuah kiasan, tapi kini benar benar dapat dirasakan secara nyata,yakni sambil bernyanyi atau sambil menulis ,nasi di "rice cooker" akan masak dengan sendirinya. 

Pak Pos Sudah Tidak Lagi Ditunggu

Pacaran dizaman dulu, kedatangan pak Pos sungguh sungguh ditunggu dan dirindukan. Yang dirindukan pasti bukan pak Posnya,melainkan surat yang dikirim oleh pacar. Tetapi sejak kemajuan tehnologi ,surat menyurat sudah dianggap kuno. Cukup pakai WA atau messenger ,dalam hitungan detik,sudah bisa saling kontak dengan siapa saja.

Pada awalnya,kemajuan tehnologi diberbagai bidang ,disambut dunia dengan gegap gempita dan rasa syukur.Tetapi semakin lama,orang mulai terjerumus semakin dalam diarus putaran tehnologi. Coba bayangkan, dalam satu keluarga dan tinggal dibawah satu atap, orang merasa tidak perlu lagi bertemu muka.

Cukup  dengan WA atau SMS. Makan malam bersama dengan seluruh anggota keluarga juga sudah mulai ditinggalkan.Karena masing masing anggota keluarga,membawa piring makanannya kedalam kamar .Tinggal serumah dan satu atap,satu keluarga,tapi sudah tidak ubahnya bagaikan orang yang hidup kos kos an.

Bahaya Terselubung

Saling berkunjung antar sesama sahabat dan kerabat,sudah mulai ditinggalkan orang. Bahkan dalam suasana Lebaran, Imlek, Natal, dan Tahun Baru,sangat terasa bahwa pertemuan secara phisik,sudah hampir total tergantikan dengan komunikasi via WA, sms dan Ponsel.Bahkan banyak orang yang merasa, bahwa saling kunjung mengujungi, hanya buang-buang waktu saja. Orang merasa cukup bahwa komunikasi  lewat dunia maya sudah cukup mewakili. Bahkan komunikasi antar suami istri juga tidak luput terimbas oleh intervensi  komunikasi canggih.Suami atau istri,merasa cukup hanya memberitahukan via WA:"Ma,malam ini papa makan sama teman diluar,jadi nggak usah ditunggu makan malamnya ya. Love you" Selesai.

Duduk Bareng Sebangku Tapi Komunikasi Dengan Orang Lain?

Duduk bareng sebangku, tapi bukannya memanfaatkan waktu yang sangat berharga untuk semakin mendekatkan hubungan antar keluarga,malah masing masing sibuk berkomunikasi dengan orang lain, entah siapa adanya. Apakah hal ini tidak membahayakan  keharmonisan dalam rumah tangga?Benarlah kata orang,bahwa kecanggihan komunikasi, mendekatkan yang jauh ,tapi menjauhkan yang dekat.

Tidak Kenal Lagi Suara Cucu

Kemarin cucu cucu kami yang tinggal di Wollongong pamitan.Yang putri,bernama Kerisha , dapat kesempatan ke Jepang dan satu lagi Allan,akan berangkat ke Taiwan,dalam rangka pertukaran siswa.Pada awal Allan menelpon, saya sempat tidak lagi mengenal suaranya,yang  sudah berubah menjadi suara orang dewasa, walaupun usianya baru 16 tahun. Karena kalau dulu  kami tinggal serumah,tiap hari pasti ketemu dan komunikasi.Tapi sejak kammi tinggal di Burns Beach ,komunikasi dilakukan lewat WA dan sms. Saya sempat tersentak dan merasakan ,bahwa ada bahaya terselubung ,diera kemajuan tehnologi ini.Yakni lama kelamaan ,hubungan antar keluarga hanya bersifat semu saja lagi,karena jarang bertemu secara phisik dan  komunikasi juga hanya sebatas via WA,sms atau facebook. 

Apakah mungkin hanya diri saya saya yang sensi?

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun